Finansial

Bank DBS Indonesia menghadirkan Asian Insights Forum

×

Bank DBS Indonesia menghadirkan Asian Insights Forum

Sebarkan artikel ini

StockReview.id – Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) memiliki peran penting di kawasan Asia Tenggara. Persahabatan dan kolaborasi sepuluh negara di dalamnya memberikan optimisme pertumbuhan di kawasan.

Tahun ini, Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan para pemimpin negara Asia Tenggara atau Konferensi Tingkat Tinggi (KTT ASEAN/ASEAN Summit). Menyoroti KTT ASEAN pada bulan Mei mendatang, Bank DBS Indonesia menghadirkan Asian Insights Forum (AIF) dengan tema “Indonesia’s Pivotal Role to ASEAN Economy”.

Kegiatan ini dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia Luhut Binsar Panjaitan, Ekonom dan Mantan Menteri Keuangan Republik Indonesia Chatib Basri, Executive Director of Indonesian Political Indicator Burhanudin Muhtadi, serta Chief Economist and Managing Director DBS Bank Taimur Baig.

President Director PT Bank DBS Indonesia Lim Chu Chong menyampaikan, “Dalam rangka mendukung Indonesia sebagai ketua ASEAN, Bank DBS Indonesia dengan bangga menghadirkan Asian Insights Forum bersama berbagai pakar yang membagikan pandangannya mengenai kondisi ekonomi dan politik Indonesia dan Asia Tenggara.

Kami berharap acara ini dapat berkontribusi positif terhadap kebangkitan ekonomi nasional dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan visi Bank DBS Indonesia untuk menjadi Best Bank for a Better World di mana kami berusaha memberikan kontribusi positif untuk dunia yang lebih baik.”

ASEAN memiliki total Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar US$3,3 triliun pada 2021, menjadikannya berada di posisi kelima di antara negara-negara adidaya seperti Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, hingga Jerman. Pada 2022, pertumbuhan PDB riil ASEAN memperlihatkan iklim ekonomi yang cukup bergeliat, yakni menyentuh 5,2%.

Chief Economist and Managing Director DBS Bank Taimur Baig menilik potensi ekonomi Indonesia di kawasan dan global, “Sistem finansial, perbankan, perekonomian, dan rendahnya ketergantungan pada perdagangan global secara komprehensif membuat ekonomi [Indonesia] lebih tangguh. Oleh karena itu, di saat kita resah akan prospek global, kami yakin Indonesia mampu menunjukkan perbedaannya dalam skala global karena memiliki tingkat ketahanannya sendiri di sisi ekonomi makro dan keuangan. Menjadi ketua ASEAN membantu memantapkan sistem perdagangan sesuai rule-based (rule-based system). Saya pikir, menjadi ketua ASEAN merupakan langkah penting dan saya berharap Indonesia dapat memajukan ASEAN di 2023 dan seterusnya.”

Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbesar kesepuluh di dunia berdasarkan paritas daya beli (Purchasing Power Parity atau PPP) dan termasuk dalam 20 besar dunia dalam hal nominal PDB. Menjadikannya sebagai indikasi bahwa Indonesia memiliki pengaruh besar di panggung internasional. Mencermati peran Indonesia di ASEA

Ekonom dan Mantan Menteri Keuangan Republik Indonesia Chatib Basri mengatakan, “Secara global, posisi Indonesia masih berjalan baik. Menurut International Monetary Fund (IMF), Indonesia masih akan tumbuh 4,6% pada 2023 dan ini masih jauh lebih baik daripada negara Asia lainnya. Ini disebabkan oleh good policy respon pemerintah.”

“Tahun 2022 kita bersyukur ekonomi indonesia tumbuh 5,3% dan ini capaian tertinggi di wilayah ASEAN, antara lain bila dibandingkan dengan Singapura yang tumbuh 3,65% dan Thailand dengan 2,59%. Dengan probabilitas resesi Indonesia yang terendah 3% atau 97% relatif aman dari resesi. Indonesia telah menetapkan 16 priority economy deliverables yang terbagi dalam tiga strategic focus, yaitu recovery rebuilding, digital economy, dan sustainability. Sementara itu, strategi utama Indonesia untuk meningkatkan integrasi ekonomi dan memperkuat daya saing ASEAN, untuk mewujudkan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Airlangga Hartanto.

Setelah pandemi mereda, kondisi riil PDB telah kembali ke trennya, dengan tingkat pertumbuhan yang diperkirakan mencapai rata-rata 5% pada tahun ini dan tahun depan – kembali ke rata-rata lima tahun sebelum COVID-19. Pada tahun 2023, laju pertumbuhan Indonesia kemungkinan akan menjadi salah satu yang terkuat di antara negara-negara ASEAN-6 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam), bersama dengan Filipina dan Vietnam.

Pertumbuhan ini juga disokong oleh program hilirisasi industri pemerintah. Berkaca pada saat Indonesia masih mengekspor bijih nikel, Indonesia menerima US$1,1 miliar atau sekitar Rp17 triliun. Sejak beralih ke produk olahan nikel, Indonesia mendapatkan keuntungan sebesar US$33 miliar atau Rp450 triliun.

Setelah keberhasilan Indonesia dalam menyelenggarakan G20 di Bali tahun 2022 lalu, yang meraup investasi senilai Rp125 triliun, perhelatan KTT ASEAN seyogyanya turut memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia Luhut Binsar Panjaitan menyinggung kebangkitan ekonomi Indonesia, “Hilirisasi industri dan proses digitalisasi sangat membantu pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dengan digitalisasi, pemerintah bisa melakukan efisiensi sampai dengan 30%.”

Di sisi lain, selain resesi dan inflasi, isu politik seperti kontestasi pemilihan presiden dapat mengakibatkan fluktuasi iklim ekonomi nasional. Executive Director of Indonesian Political Indicator Burhanudin Muhtadi mengatakan, “Di tingkat masyarakat, sebenarnya pemilu 2024 sudah selesai dengan beberapa nama calon presiden, namun ini belum selesai di tingkat elit. Masih ada ketidakpastian yang harus diputuskan oleh partai politik.”

Burhanudin Muhtadi menambahkan bahwa kandidat presiden belum merumuskan program yang konkret karena sebagian partai politik belum memutuskan pencalonan mereka. Nantinya, setiap pihak akan berupaya untuk pause terkait structure reform di tingkat nasional maupun lokal. Kendati demikian, masyarakat tidak perlu terlalu khawatir meskipun ekonomi dunia penuh dengan ketidakpastian. Secara umum, situasi pasar akan lekas membaik setelah pemilu selesai, terlepas dari hasil presiden yang terpilih.