StockReview.id – Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), Sunarso, memproyeksikan bahwa kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden AS dapat membawa dampak besar bagi ekonomi global dan domestik. Sunarso memperingatkan bahwa kebijakan proteksionisme Trump, jika kembali diterapkan, berpotensi memperketat likuiditas di pasar global dan memicu efek domino pada mitra dagang AS, termasuk Indonesia.
“Kebijakan yang lebih protektif akan mengontraksi perdagangan global AS sekitar 8,5 persen, dan dampaknya akan dirasakan oleh negara-negara mitra dagang,” ujar Sunarso dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Rabu.
Berdasarkan simulasi tim ekonomi BRI, kebijakan proteksionisme ini diprediksi akan mendorong inflasi di AS, yang pada akhirnya akan menyebabkan kenaikan suku bunga bank sentral AS atau Fed Fund Rate (FFR). Sunarso juga menyoroti potensi peningkatan ketegangan dagang antara AS dan China jika Trump kembali berkuasa, yang dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi Indonesia.
BRI mengidentifikasi dua skenario utama terkait dampak perang dagang ini. Pada skenario pertama, jika China membalas kebijakan dagang AS, ekonomi Indonesia diproyeksikan akan tumbuh melambat menjadi antara 4,73 persen hingga 5,03 persen pada 2025. Namun, jika perang dagang meluas dan negara-negara lain ikut membalas, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa turun lebih jauh menjadi sekitar 4,62 persen hingga 4,92 persen.
Sunarso menjelaskan bahwa korelasi dampak ekonomi Indonesia dengan China tercatat lebih tinggi di angka 0,351 dibandingkan dengan AS, yang hanya 0,347. “Dengan kata lain, setiap pergerakan ekonomi di China lebih berpengaruh signifikan terhadap kita dibandingkan perubahan di AS,” jelas Sunarso.
Analisis ini menunjukkan bahwa perkembangan politik global, khususnya hasil Pilpres AS, perlu diantisipasi karena dampaknya yang besar terhadap stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.