Market

FREN Catatkan Kerugian RP 379 M, Beban Pajak Bikin Laba Anjlok

×

FREN Catatkan Kerugian RP 379 M, Beban Pajak Bikin Laba Anjlok

Sebarkan artikel ini
Foto: Ilustrasi.

StockReview.id – PT Smartfren Telecom (FREN) mencatatkan kerugian berdasarkan laporan per 31 Maret 2023 yang berbalik rugi Rp379,97 miliar. Catatan rugi ini merosot 1.621 persen dari periode sama tahun lalu yang berhasil meraih laba Rp24,98 miliar. Rugi per saham pun berubah menjadi Rp1,13 dari episode sama tahun sebelumnya surplus Rp0,08 per lembar.

Defisit FREN pun membengkak 1,5 persen dibanding akhir tahun 2022 menjadi Rp25,336 triliun.

Keadaan ini sebenarnya tidak berbanding lurus dengan pendapatan usaha yang tumbuh 3,5 persen menjadi Rp2,774 triliun yang ditopang peningkatan pendapatan data jasa telekomunikasi sebesar 1,5 persen  menjadi Rp2,445 triliun. Pendapatan jasa interkoneksi juga melonjak 118,3 persen menjadi Rp107,1 miliar.

Namun, faktor beban usaha yang membengkak 4,2 persen menjadi Rp2,65 triliun membuat laba usaha melorot 8,8 persen menjadi Rp124,18 miliar. Terlebih, beban lain-lain naik 60,3 persen menjadi Rp372,27 miliar.

Emiten telekomunikasi grup Sinarmas itu pun menderita kerugian dari investasi dalam saham senilai Rp329,21 miliar, padahal pos ini pada kuartal I 2022 untung Rp31,938 miliar.

FREN juga menderita rugi sebelum pajak senilai Rp248,08 miliar, atau membengkak 161 persen dibanding akhir Maret 2022 yang tercatat rugi sebelum pajak senilai Rp95,738 miliar.

Perseroan juga menanggung beban pajak tangguhan Rp131,89 miliar, sedangkan di kuartal I 2022, FREN justru mendapat penghasilan pajak tangguhan sebesar Rp120,72 miliar.

Hal itu memicu FREN mencatatkan rugi periode berjalan sebesar Rp379,98 miliar, padahal di kuartal I 2022 mencatat laba periode berjalan sebesar Rp24,987 miliar.

Data tersebut tersaji dalam laporan keuangan kuartal I 2023 tanpa audit FREN yang diunggah pada laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (27/4/2023).

Sementara itu, total kewajiban berkurang 1,1 persen dibanding akhir tahun 2022 menjadi Rp30,373 triliun. Jumlah ekuitas menyusut 2,4 persen menjadi Rp15,379 triliun.