StockReview.id – Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) memang terus turun dalam sebulan terakhir. Namun kondisi ini malah membuat valuasi BBRI menjadi menarik karena menjadi peluang investor untuk membeli secara bertahap.
Pada pembukaan perdagangan Selasa (12/11), harga saham BBRI turun 0,45% menjadi Rp4.440 pukul 09.22 WIB.
Namun, menjelang penutupan sesi I, saham ini berhasil bangkit dan menguat 0,67% ke Rp4.490 pada pukul 11.38 WIB.
Baca Juga: BBRI, BBCA, BMRI, dan BBNI Tertekan Sepekan Ini
Dalam sebulan terakhir, saham BBRI turun 8,37%, dan sepanjang tahun ini (YTD), turun 20,88% di tengah sentimen negatif. Pada Senin (11/11), saham BBRI menjadi yang paling banyak dijual asing dengan total Rp732,32 miliar. Sepanjang 2024 hingga 11 November, investor asing tercatat melakukan net sell hingga Rp27,79 triliun di seluruh pasar.
Penurunan saham ini turut dipengaruhi oleh kemenangan Presiden AS Donald Trump, yang menimbulkan kecemasan di kalangan investor terkait kebijakan kontroversialnya. Selain itu, stimulus besar dari China yang diharapkan memacu pasar ternyata justru direspons dingin.
Menurut Tim Analis Bareksa, dengan teknik fibonacci retracement, harga saham BBRI mendekati level support di Rp4.440. Jika bertahan di level ini dalam satu hingga dua pekan, saham berpotensi rebound ke resisten Rp4.680. Namun, jika harga turun lebih rendah dari Rp4.440, maka target support berikutnya ada di Rp4.130, level fibonacci 100%.
Untuk investor jangka pendek, strategi wait and see atau akumulasi bertahap bisa diterapkan hingga harga stabil di support. Sementara itu, investor jangka menengah hingga panjang biasanya lebih fokus pada nilai perusahaan dan keuntungan jangka panjang, seperti dividend yield dan potensi kenaikan harga setahun ke depan.
Ketika saham dengan valuasi menarik seperti BBRI mengalami penurunan harga, kondisi ini sering dianggap sebagai peluang bagi investor untuk membeli secara bertahap.
