Community Lead IPOT, Angga Septianus (Foto: IPOT)

StockReview. id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada minggu lalu menguat tipis sebesar 0.52% tertopang sektor basic materials yang menguat sebesar 5.45% disusul sektor transport & logistics 3.32% dan sektor energi 1,60%.

Adapun sektor yang menahan laju IHSG yakni sektor teknologi sebesar -2,63%, properties & real estate -1.06 dan sektor finansial -0,56%.

Community Lead IPOT, Angga Septianus menjelaskan IHSG masih saja belum bergerak breakout dari 6.950 sampai level 7.000, di resistance langsung reject lagi dan sempat mendekati area 6.850.

“Di minggu lalu ada sektor basic materials yang mengalami kenaikan signifikan, terutama saham-saham yang terkait dengan EBT, ternyata karena ada sentimen terkait bursa karbon,” kata Angga di Jakarta, Senin (28/8).

Ia menyampaikan ada tiga sentimen utama pada minggu lalu yang memengaruhi market yakni suku bunga BI, pertemuan otoritas moneter dunia Jackson Hole Symposium dan bursa karbon Indonesia.

Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada level 5,75% dengan suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.

“Ke depan BI memperkirakan stabilitas nilai tukar rupiah akan tetap terjaga sejalan dengan perspektif positif investor terhadap prospek perekonomian indonesia, inflasi yang rendah, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang tetap menarik,” kata Angga.

Terkait Jackson Hole Symposium, menurutnya, ini menjadi penting karena dianggap sebagai salah satu event para bank sentral memberikan “bocoran” terkait kebijakan moneternya ke depan. Jerome Powell diprediksi oleh mayoritas pelaku pasar akan tetap mempertahankan tone hawkish-nya pada pidato di Jackson Hole nanti.

Soal bursa karbon Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menerbitkan Peraturan OJK Nomor 14 Tahun 2023 tentang Perdagangan Karbon melalui Bursa Karbon (POJK Bursa Karbon).

“Diharapkan kebijakan ini bisa mengurangi efek gas rumah kaca dan polusi. Emiten yang diuntungkan seperti BRPT, PGEO, KEEN, dan ARKO,” jelas Angga.

Angga menjelaskan ada tiga sentimen dalam minggu ini hingga 1 September 2023 yang wajib diperhatikan para trader, yakni mogok buruh di Westwood, Australia, PMI Indonesia dan inflasi Indonesia.

“Rencana aksi mogok di pusat pengolahan gas alam cair (LNG) terbesar kedua di Australia memaksa Uni Eropa memutar otak untuk mengendalikan pasokan dan inflasi. Aktivisme para pekerja di instalasi milik Chevron itu berbarengan dengan negosiasi alot perihal kenaikan upah di instalasi LNG lain milik Woodside Energy Group Ltd. Fasilitas-fasilitas ini mewakili 10% total nilai ekspor LNG global.”

Terkait PMI Indonesia, jelasnya, masih dalam tren ekspansif di atas angka 50. Kepercayaan dunia bisnis diprediksi sedikit melandai meskipun perusahaan melihat ada perbaikan dari sisi permintaan. Melandainya kepercayaan menunjukkan masih adanya sedikit kekhawatiran terkait outlook ke depan.

Mengenai inflasi Indonesia, Bank Indonesia meyakini inflasi tetap terkendali dalam kisaran 3,0±1% pada sisa tahun 2023 dan 2,5±1% pada 2024.

Berkaca pada data-data ekonomi dan sentimen di atas, PT Indo Premier Sekuritas yang berkomitmen mengedukasi masyarakat untuk mulai belajar investasi tanpa registrasi dengan #PakeAjaDulu IPOT, merekomendasikan lima saham untuk trading pada minggu ini hingga 1 September 2023 mendatang.

Yakni Buy MDKA (Support: 3.140, Resistance: 3.410), Buy BRPT (Support: 970, Resistance: 1.200), Buy TLKM (Support: 3.650, Resistance: 3.940), Buy on Pullback BSDE (Support: 1.045, Resistance: 1.180) dan Buy on Pullback SMRA (Support: 610, Resistance: 690).

PT Indo Premier Sekuritas (“Indo Premier”) adalah perusahaan penyedia jasa keuangan terintegrasi di bidang pasar modal yang melayani klien individu maupun korporasi berdasarkan ijin Badan Pengawas Pasar Modal/Otoritas Jasa Keuangan (OJK) nomor KEP-11/PM/PEE/1996.

Pada 2002, founders dari Indo Premier membeli perusahaan efek ini dan dinamakan PT Indo Premier Securities yang kemudian berubah nama menjadi PT Indo Premier Sekuritas pada 2017.

Sejak itu, Indo Premier menjadi pelopor dalam berbagai bidang usaha efek di Indonesia. Visi dari Indo Premier adalah “To provide the most useful and ethical financial services, and consequently to be known as one of Indonesia’s great companies”.

Sedangkan Misi-nya adalah “To empower investor to take control of their financial lives, free from the high costs, complexities, conflict of interest, and to connect people to capital market”.

Indo Premier menyabet banyak penghargaan bergengsi dari dalam dan luar negeri. Informasi lengkap terkait Indo Premier, silakan kunjungi website www.indopremier.com.