Market

Strategi NIKL Incar Laba pada 2025

×

Strategi NIKL Incar Laba pada 2025

Sebarkan artikel ini

PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) alias Latinusa ingin kembali meraih laba bersih pada tahun buku 2025. NIKL akan melanjutkan strategi usaha tahun lalu yang mampu memangkas kerugian cukup signifikan.

Foto: Ilustrasi.

StockReview.id – PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) alias Latinusa ingin kembali meraih laba bersih pada tahun buku 2025. NIKL akan melanjutkan strategi usaha tahun lalu yang mampu memangkas kerugian cukup signifikan.

NIKL memangkas kerugian dari US$ 3,66 juta pada 2023 menjadi tersisa US$ 18.852 pada 2024. Penurunan kerugian ini justru terjadi ketika performa penjualan NIKL merosot 8,97% secara tahunan (year on year/yoy) dari US$ 171,08 juta menjadi US$ 155,72 juta.

Penurunan penjualan ini terjadi karena penjualan NIKL di pasar lokal menyusut 9,74% (yoy) menjadi US$ 154,40 juta. Namun, pada tahun lalu NIKL berhasil mencetak penjualan ke pasar ekspor sebesar US$ 1,32 juta, yang ditujukan ke India.

Sementara pada tahun 2023, NIKL hanya mengandalkan penjualan ke pasar lokal. Adapun, perolehan laba NIKL terdongkrak oleh efisiensi. Tampak dari beban pokok penjualan NIKL yang menyusut 13,66% (yoy) menjadi US$ 146,33 juta.

Hasil tersebut membuat laba bruto NIKL melonjak 494,30% (yoy) dari US$ 1,58 juta menjadi US$ 9,39 juta. Pada tahun lalu, NIKL pun membukukan laba sebelum pajak penghasilan sebesar US$ 308.707 atau lebih baik ketimbang rugi sebelum pajak US$ 4,82 juta pada 2023.

Sebagai informasi, Latinusa merupakan produsen tinplate, yang dipakai sebagai bahan kemasan dengan aplikasi di berbagai jenis industri. Direktur Komersial Latinusa, Herman Arifin mengungkapkan konsumsi nasional tahun 2024 meningkat 3,49%.

Tetapi, pangsa pasar NIKL di industri tinplate justru mengalami penurunan dari 62,17% pada 2023 menjadi 59,71% pada tahun lalu. Penurunan ini merupakan imbas dari kenaikan pangsa pasar produk impor dari 37,83% menjadi 40,29% di sepanjang 2024.

Secara segmentasi, pasar tinplate NIKL mayoritas ditujukan untuk segmen produk susu dengan porsi 25,51% dan makanan ringan sebanyak 25,24%. Selain itu, penjualan NIKL tahun lalu ditujukan pada segmen kimia (15,60%), cat (14,85%), kaleng umum (9,67%), makanan (7,95%) dan minyak goreng (1,18%).

Direktur Utama Latinusa Jetrinaldi ingin menjaga stabilitas kinerja penjualan NIKL pada tahun 2025. Jetrinaldi memprediksi, penjualan NIKL akan stabil atau hanya tumbuh secara konservatif, mengingat berbagai tantangan ekonomi yang membayangi industri pada tahun ini.

Jetrinaldi menyoroti sejumlah tantangan. Mulai dari maraknya produk impor, efek perang tarif, hingga pelemahan nilai tukar rupiah. “Kami berharap ada dukungan pemerintah mengenai kondisi ini. Mudah-mudahan iklim ekonomi bisa mendukung, dan bisa menjalankan apa yang telah kami rencanakan,” kata Jetrinaldi.

NIKL pun akan melanjutkan strategi yang telah diterapkan pada tahun sebelumnya. Terutama dari sisi efisiensi biaya serta fokus penjualan yang berorientasi pada produk dengan margin menarik, seperti pada segmen makanan.

Salah satu yang akan menambah kontribusi pada penjualan NIKL tahun ini adalah pasokan ke segmen produk susu siap minum. Melalui strategi efisiensi, memperkuat segmen dengan margin menarik, serta perluasan segmen baru, Jetrinaldi meyakini NIKL bisa kembali meraih laba bersih.

“Apakah akan kembali untung? secara target yang diamanatkan oleh pemegang saham tentu kami ingin untung. Dengan pengalaman yang kami miliki, khususnya pada semester II-2024, kami juga coba terapkan di tahun ini,” terang Jetrinaldi.

Guna menopang strategi bisnisnya di tahun ini, NIKL menyiapkan belanja modal (capex) sekitar US$ 2,3 juta, yang dananya akan berasal dari kas internal. Capex NIKL digunakan untuk menunjang operasional agar bisa memenuhi kebutuhan kuantitas dan tuntutan kualitas pasar.

Di sisi lain, meski masih menanggung rugi, tapi Jetrinaldi mengungkapkan bahwa akumulasi laba NIKL masih positif. Tapi, dana tersebut akan digunakan untuk memperbaiki struktur permodalan, sehingga tahun ini NIKL kembali absen untuk membagi dividen.

“Kami masih dalam upaya memperbaiki struktur permodalan yang ada. Maka di RUPS kami menyampaikan tahun ini juga tidak ada pembayaran dividen,” tandas Jetrinaldi.