Foto: Ilustrasi.

StockReview.id –  Laba bersih PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) tumbuh 27,37 persen dibanding periode sama tahun 2022. Meski terjadi gejolak perekonomian global, BBRI tetap mampu melanjutkan kinerja positif pada 3 bulan pertama di tahun 2023.

BBRI tercatat membukukan laba bersih sebesar Rp15,56 triliun dalam tiga bulan pertama tahun 2023, dan ini tumbuh 27,37 persen dibanding periode sama tahun 2022.

Direktur Utama BBRI Sunarso mengatakan bahwa BBRI tetap konsisten fokus pada segmen UMKM sebagai pondasi bisnis sehingga mampu melewati ketidakpastian ekonomi global yang terjadi beberapa bulan belakangan ini. Segmen UMKM menjadi pondasi pertumbuhan bisnis BBRI selama lebih dari 127 tahun.

Dari sisi penyaluran kredit, seluruh segmen kredit BRI tercatat tumbuh positif, dengan kontributor utama di segmen mikro yang tumbuh 11,18 persen , sehingga total kredit dan pembiayaan BRI Group menjadi sebesar Rp1.180,12 triliun.

“Untuk segmen UMKM porsinya telah mencapai 83,86 persen dari total kredit BRI atau setara dengan Rp989,64 triliun,” kata Sunarso dalam paparan publik secara daring, Kamis (27/4/2023).

Ia menambahkan, kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit diimbangi dengan pengelolaan manajemen risiko yang terjaga. Hal tersebut tercermin dari rasio NPL pada akhir kuartal I 2023 sebesar 2,86 persen atau membaik apabila dibandingkan dengan NPL pada periode yang sama tahun lalu sebesar 3,09 persen.

Hal tersebut membuat credit cost BRI membaik, dari semula 2,78 persen pada kuartal I 2022 menjadi 2,39 persen di akhir kuartal I 2023.

“Meskipun kualitas kredit membaik, BRI tetap menyediakan pencadangan yang memadai dengan NPL Coverage mencapai 282,49 persen. Hal ini merupakan langkah antisipatif dan upaya mitigasi risiko menghadapi ketidakpastian perekonomian global, kenaikan inflasi dan suku bunga, dan perlambatan ekonomi dunia,” ungkap Sunarso.

Dari sisi pendanaan, BRI mampu menghimpun DPK sebesar Rp1.255,45 triliun atau tumbuh double digit sebesar 11,45 persen secara tahunan dengan penopang utama pertumbuhan dana murah atau CASA yang tumbuh 13,01 persen secara tahunan menjadi Rp810,09 triliun.

Fokus BRI mengakselerasi kemampuan dalam menghimpun dana murah tersebut membuat rasio CASA meningkat menjadi 64,53 persen, angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar 63,63 persen.

“Peningkatan CASA tersebut didukung oleh strategi BRI dalam meningkatkan transaksi nasabah di segmen mikro, ritel maupun wholesale,” ujar Sunarso.