StockReview.id – PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR) mengumumkan laporan keuangan konsolidasi untuk periode kuartal I-2024.
Pada Kuartal I-2024, VKTR fokus pada peningkatan margin yang didorong utamanya oleh pengendalian biaya yang baik di segmen bisnis manufaktur suku cadang dan penjualan di segmen bisnis EV setelah sebelumnya nihil di kuartal I tahun lalu.
Laporan keuangan konsolidasi perusahaan mencatat pendapatan bersih sebesar IDR205 miliar selama 1Q24, turun dari IDR292 miliar pada 1Q23.
Penurunan pendapatan utamanya disebabkan oleh penurunan penjualan dari bisnis manufaktur suku cadang seiring dengan penurunan penjualan kendaraan nasional di kuartal tersebut.
Di sisi lain, VKTR mencatat adanya penjualan di segmen penjualan EV pada 1Q24, berbeda dengan periode 1Q23 yang masih nihil. Dari sisi neraca, tidak terjadi banyak perubahan.
Total aset mengalami peningkatan sebesar 0,5% menjadi IDR1.677 miliar dari IDR1.668 miliar. Sementara itu, total kewajiban mengalami penurunan sebesar 3% menjadi IDR505 miliar pada 1Q24 dari IDR520 miliar di FY23.
Margin laba kotor konsolidasi Perusahaan pada 1Q24 mengalami kenaikan menjadi 26,1% dari 19,1% pada 1Q23. Sementara Margin EBITDA perusahaan mengalami kenaikan menjadi 15,7% pada 1Q24 dari 11,9% pada 1Q23. Peningkatan margin terutama disebabkan oleh pengendalian biaya pada bisnis manufaktur suku cadang mobil yang dipimpin oleh penurunan HPP (Harga Pokok Penjualan).
Dari segmen penjualan EV, di sepanjang 1Q24, Perusahaan semakin menguatkan ekspansi portofolio klien B2B (Business to Business) yang memiliki visi ke arah keberlanjutan yang semula hanya B2G (Business to Government).
Hal ini tercermin dari kelanjutan penjualan bus listrik kepada perusahaan swasta sepanjang kuartal tahun ini. Beberapa kerja sama telah dijajaki oleh Perusahaan pada 1Q24 untuk mendorong adopsi dan penjualan EV di Indonesia, seperti pembangunan JV (Joint Venture) dengan salah satu perusahaan distributor kendaraan terkemuka di Indonesia untuk memaksimalkan kanal penjualan; serta menandatangani kerjasama strategis dengan salah satu BUMN terbesar di Indonesia untuk solusi green financing melalui skema e-MaaS (electric-Mobility as a Service).
Beberapa hal menjadi faktor penurunan penjualan kami sejalan dengan penurunan di industri automotif nasional, seperti Pemilihan umum Presiden yang terjadi pada 1Q24 yang menyebabkan banyak pihak melakukan wait and see approach.
Selain itu, ketidakpastian kondisi makro global di tengah memanasnya kondisi geopolitik di Timur Tengah yang berdampak pada pelemahan rupiah menyebabkan melemahnya daya beli konsumen.
Namun, di tengah kondisi eksternal yang menantang, segmen manufaktur suku cadang mampu mendorong peningkatan marjin berkat pengendalian keuangan yang baik.
Dari segi EV, kami tetap konsisten untuk menyelesaikan progres pembangunan Fasilitas Kendaraan Listrik Komersial Berbasis CKD (Completely Knock Down) Pertama di Indonesia di Magelang agar berjalan sesuai dengan rencana pembangunan yang ditargetkan selesai pada bulan September 2024.
“Menjadi pionir di dalam segmen EV Komersial di Indonesia memang penuh dengan tantangan. Oleh sebab itu, VKTR terus berupaya untuk memberikan solusi permasalahan industri EV dari segi manufaktur hingga pembiayaan untuk mengakselerasi adopsi EV di Indonesia” ujar Gilarsi W. Setijono, Direktur Utama VKTR.
Dia menambahkan fokus VKTR saat ini adalah memastikan progres pembangunan Fasilitas CKD kami di Magelang berjalan tepat waktu. Fasilitas ini akan menjadi pusat perakitan kendaraan listrik komersial dengan TKDN minimal 40%, sehingga memberikan dampak pada keterjangkauan harga untuk konsumen, dan peningkatan margin untuk perusahaan.
Perusahaan terus mendukung pihak yang ingin merealisasikan target Net Zero Emissions mereka. Dari total 60 bus VKTR yang telah beroperasi dengan jarak tempuh 5.432.358 Km (per-15 April 2024), estimasi internal kami jumlah karbon yang berhasil dikurangi sebanyak 5.200 ton CO2 (dengan asumsi faktor konversi 2,68 kg CO2/liter, dan konsumsi solar 2,8 km/liter).
Untuk menyerap CO2 sebesar 5.200 ton, dibutuhkan sekitar 5.627 hektare vegetasi untuk menyerap 5.200 ton CO2, atau setara dengan 237 ribu pohon yang harus ditanam untuk menyerap emisi CO2 tersebut (asumsi 1 pohon dewasa menyerap 22 kg CO2 selama 20 tahun), jelasnya.