StockReview.id – Saham AS dan Eropa menguat, sementara dolar mengalami kenaikan signifikan.
Bitcoin pun bertahan di rekor tertingginya, di tengah pengamatan para investor terhadap perkembangan di AS dan China.
Namun, pasar saham China ditutup bervariasi, sedangkan harga minyak turun karena stimulus ekonomi terbaru negara itu mengecewakan.
Ketiga indeks saham utama Wall Street memasuki zona hijau saat perdagangan berjalan.
Baca Juga: Khawatir Kebijakan Tarif Trump, Reli Saham Global Melambat
Demikian laporan VOA Indonesia, Rabu (13/11/2024).
“Reli pascapemilu AS pekan lalu masih berlanjut,” ujar Patrick O’Hare, analis di Briefing.com.
Kenaikan saham ini berhubungan dengan ekspektasi bahwa pemerintahan Trump akan mengeluarkan kebijakan bisnis pro-pasar, seperti deregulasi dan pengurangan pajak.
Langkah-langkah ini dapat mengurangi risiko perang dagang yang meresahkan.
Namun, O’Hare menegaskan bahwa tidak ada perkembangan baru yang memicu peningkatan harga saham saat ini.
“Pada dasarnya, kenaikan ini adalah efek berkelanjutan dari hasil pemilu yang menciptakan momentum,” tambahnya.
Selain itu, kebijakan pemangkasan suku bunga dari The Fed pekan lalu juga mempertahankan rekor tinggi di pasar saham.
Pejabat The Fed belum memberi detail terkait keputusan mendatang, tetapi pasar berharap adanya penurunan suku bunga lanjutan pada rapat Desember.
“Jika The Fed terus menurunkan suku bunga, saham AS bisa semakin meningkat,” kata Daniela Sabin Hathorn, analis senior di Capital.com.
Pasar saham AS terus melesat sejak kemenangan Trump pada Pilpres 5 November 2024.
Di Eropa, saham mencatat kenaikan yang solid saat pasar ditutup. “Pasar Eropa memulai pekan ini dengan optimisme tinggi, dan ketidakpastian dagang dengan AS tampaknya berkurang,” kata analis Joshua Mahony dari Scope Markets.
Di sisi lain, kondisi di China tidak begitu positif setelah pemerintah hanya mengumumkan peningkatan plafon utang lokal tanpa kebijakan baru untuk merangsang ekonomi.
Ekspektasi akan stimulus besar dari Beijing meningkat setelah data pada Minggu (10/11) menunjukkan inflasi China melambat bulan lalu.
Sejak akhir September, otoritas China telah memperkenalkan kebijakan untuk merangsang ekonominya yang melambat setelah pelonggaran aturan ketat COVID-19 akhir 2022.
Beberapa kebijakan tersebut meliputi penurunan suku bunga dan kelonggaran pembelian properti, di tengah upaya pemerintah mengatasi krisis sektor properti.
Pengamat memperkirakan tarif Trump yang tinggi untuk China dapat memicu ketegangan dagang besar. Chris Weston dari Pepperstone Group mengatakan, “Beijing tampaknya telah mengantisipasi hal ini sebelum pengumuman akhir pekan lalu.”
Menurutnya, China mungkin menyusun strategi khusus jika ada negosiasi tarif baru dengan Trump.
“Strategi ini memungkinkan China merespons dengan lebih tepat guna mengurangi dampak ekonomi negatif,” tambah Weston.
Di pasar kripto, Bitcoin mencapai rekor tertinggi sepanjang masa, yakni di atas $84.000, pada Senin (11/11). Optimisme meningkat karena Trump akan melonggarkan regulasi terkait kripto.
“Kami memperkirakan tren bullish ini berlanjut setidaknya hingga satu tahun,” kata Stephane Ifrah dari Coinhouse.
“Saya pikir kenaikan berikutnya bisa mencapai $100.000,” lanjutnya.