Market

Laba Ancol (PJAA) Merosot 63,74% di Semester I-2025

×

Laba Ancol (PJAA) Merosot 63,74% di Semester I-2025

Sebarkan artikel ini

Kinerja PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) turun di semester I-2025 dengan laba merosot 63,74%. Jumlah pengunjung Ancol menurun 7%, namun strategi ekspansi dan diversifikasi tetap dijalankan untuk dorong pemulihan.

Foto: Ilustrasi.

StockReview.id – PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) melaporkan kinerja keuangan yang menurun signifikan pada semester I-2025. Per 30 Juni 2025, PJAA mencatatkan laba bersih sebesar Rp 21,69 miliar, anjlok 63,74% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 59,82 miliar. Laba per saham pun turun menjadi Rp 14 dari sebelumnya Rp 37.

Penurunan ini sejalan dengan pendapatan usaha yang terkoreksi 12,76% secara tahunan menjadi Rp 495,46 miliar dari Rp 567,95 miliar.

Corporate Communication PJAA, Daniel Windriatmoko, menjelaskan bahwa penyebab utama penurunan kinerja ini adalah bergesernya pola kunjungan wisatawan serta pelemahan daya beli masyarakat. Hingga Juni 2025, jumlah pengunjung kawasan Ancol turun 7% menjadi 4,93 juta orang dibandingkan tahun lalu.

Meski demikian, PJAA tetap optimistis menghadapi paruh kedua tahun ini. Di sektor properti, PJAA tengah mengembangkan mini cluster hunian menengah di Jakarta Utara. Sementara di sektor rekreasi, Ancol bersiap menyambut Hari Kemerdekaan RI ke-80 dengan pesta rakyat, perlombaan, dan pertunjukan hiburan termasuk tradisi panjat pinang.

Untuk meningkatkan aksesibilitas, mulai 26 Juli 2025, Pemprov DKI Jakarta membuka rute baru Transjakarta Blok M–Ancol. Selain itu, PJAA menambah layanan transportasi dalam kawasan melalui EV shuttle bus sebagai bentuk dukungan terhadap pengurangan emisi karbon.

Daniel juga menyatakan bahwa capex atau belanja modal akan tetap dilakukan secara bertahap dan hati-hati, dengan mempertimbangkan kondisi pasar dan posisi keuangan perusahaan.

Menurut Liza Camelia Suryanata, Head of Research Kiwoom Sekuritas, potensi pertumbuhan PJAA di semester II-2025 ditopang oleh sejumlah inisiatif seperti revitalisasi Cottage Putri Duyung dan Pasar Seni, penerapan sistem dynamic pricing, optimalisasi sentral parkir, serta pemanfaatan lahan untuk depo MRT yang bisa memberi tambahan pendapatan.

Namun, tantangan tetap ada. Selain ketidakpastian jumlah kunjungan wisatawan, PJAA juga masih dibayangi tekanan dari tingginya beban bunga dan rasio utang yang mencapai 12 kali terhadap EBITDA. Persaingan dari destinasi wisata lokal baru dan hiburan lainnya di Jakarta juga menjadi tantangan yang harus diantisipasi.