StockReview.id – Harita Group, rencananya akan melangsungkan penawaran saham perdana (IPO) untuk anak perusahaannya.
Dikutip dari Finansial Times, Trimegah Bangun Persada (TBP) yang merupakan anak perusahaan Harita Group dengan proyek signifikan di Maluku Utara, akan mengadakan roadshow minggu ini dan berharap dapat mengumpulkan setidaknya US$ 600 juta (Rp 9 triliun) sebelum pembukuan pada bulan Maret.
Melambungnya industri nikel Tanah Air terjadi setelah Presiden Jokowi melarang ekspor nikel mentah untuk mendorong lebih banyak perusahaan smelter membangun pabrik domestik untuk memprosesnya, termasuk untuk keperluan baterai.
Pencatatan publik perusahaan tambang nikel menjadi bagian dari ujian penting antusiasme investor terhadap ambisi Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjadikan Indonesia sebagai pemimpin pasar kendaraan listrik global.
Hilirasi sektor nikel telah membantu meningkatkan nilai ekspor produk nikel negara tersebut menjadi hampir US$ 30 miliar tahun lalu, lebih dari sepuluh kali lipat nilai satu dekade lalu.
Partner bisnis Harita dalam mengelola Nikel di Indonesia telah lebih dulu melaksanakan IPO di bursa Hong Kong. Lygend Resources & Technology sukses mencatakan sahamnya di bursa Hong Kong dan menempatkan Indonesia pada titik sentral ekspansi masif perusahaan.
Total nilai investasi di smelter nikel dengan motede High Pressure Acid Leaching (HPAL) ini disebut mencapai Rp 15 triliun dan menggunakan limonit (kadar nikel <1,5%) yang bersumber dari penambangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Produksi Trimegah Bangun Persada (TBP).
PT Trimegah Bangun Persada sendiri dikendalikan oleh PT Harita Guna Dharma Bhakti (Harita Group). Sementara Harita Group dikendalikan oleh anggota keluarga dari pemilik manfaat terakhir (ultimate beneficial owner) Feng Yi Pte Ltd, pemegang saham utama Lygend.