Market

Adaro Minerals (ADMR) Cetak Pendapatan USD463,6 Juta, Volume Penjualan Melambung 42 Persen

×

Adaro Minerals (ADMR) Cetak Pendapatan USD463,6 Juta, Volume Penjualan Melambung 42 Persen

Sebarkan artikel ini
Foto: Ilustrasi.

StockReview.id – PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) membukukan pendapatan usaha sebesar USD463,61 juta pada semester I-2023.

Realisasi ini naik 6% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD435,66 juta. Produk batu bara metalurgi perseroan yang berkualitas tinggi terus diminati oleh produsen baja di pasar-pasar utama seperti Jepang, China, India, dan Korea Selatan.

Presiden Direktur ADMR Christian Ariano Rachmat mengatakan, operasi batu bara metalurgi paruh pertama 2023 telah menempatkan perusahaan pada posisi yang baik untuk mencapai target volume tahunan.

Naiknya pendapatan usaha perseroan didukung melonjaknya volume penjualan sebesar 42%, yang diimbangi dengan penurunan antara volume penjualan atau harga rata-rata jual (Average Selling Price/ASP) sekitar 25%.

“Kami terus mengembangkan pasar bagi batu bara metalurgi Indonesia, dan tanggapan dari para pelanggan membuat kami yakin akan prospek pertumbuhan,” kata dia dalam keterangan resminya di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) .

Sementara itu, volume produksi melesat 66% menjadi 2,54 juta ton. Angka ini sesuai dengan target sepanjang tahun ini yang ditetapkan lebih tinggi karena dukungan ketersedian alat berat dan kinerja kontraktor yang solid.

Adaro Minerals (ADMR) Budgeting Belanja Modal USD90 Juta, Untuk Apa Saja?
Adapun laba bersih perseroan pada paruh pertama tahun ini susut menjadi USD163,5 juta dibanding periode yang sama 2022 sebesar USD202 juta. Ini dipicu meningkatnya beban pokok pendapatan sebesar 42% menjadi USD210,3 juta karena naiknya volume produksi dan penjualan.

Kenaikan beban pokok karena royalti yang dibayarkan kepada pemerintah naik 11% menjadi USD81,6 juta, biaya penambangan naik 77% menjadi USD45,7 juta, biaya pemrosesan batu bara naik 69% menjadi USD30,9 juta, dan biaya pengiriman dan penanganan naik 56% menjadi USD53,7 juta.

Selain itu, biaya bahan bakar per liter meningkat 14% secara year-on-year (yoy), dan biaya kas batu bara per ton naik 8%.

Di samping itu, beban usaha juga melonjak 156% menjadi USD36,0 juta karena kenaikan signifikan pada cadangan untuk pembayaran penetapan pemerintah. Ini karena biaya penjualan dan pemasaran naik 57% menjadi USD5,3 juta, seiring kenaikan volume penjualan.

Biaya karyawan juga bertambah lebih dua kali lipat menjadi USD4,5 juta karena perusahaan sedang menambah tenaga kerja seiring pertumbuhan dan ekspansi bisnis.

EBITDA operasional perseroan tercatat sebesar USD235,1 juta, turun 18% dari semester I-2022, dan margin EBITDA operasional untuk periode ini tercatat 51%. Sedangkan total aset naik 17% menjadi USD1,34 miliar.