StockRevoiew.id – Presiden Direktur PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) Christian Ariano Rachmat menyampaikan bahwa perseroan akan fokus untuk meningkatkan kapasitas produksi metalurgi coal dan membangun proyek smelter aluminium.

Karena itu, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2024, di Hotel Raffles, Jakarta, Selasa, perseroan memutuskan untuk menggunakan laba bersih tahun buku 2023 senilai 441,02 juta dolar Amerika Serikat (AS) untuk dana cadangan wajib dan laba ditahan.

Dari laba bersih tahun buku 2023 senilai 441,02 juta dolar AS, rinciannya yaitu senilai 4,41 juta dolar AS untuk dana cadangan wajib dan senilai 436,61 juta dolar AS untuk laba ditahan.

“ADMR, kenapa kami tidak bagikan dividen, karena nanti kami perlu dana-dana, untuk impor aluminium kami kurangi, bisnisnya bagus kenapa kami harus impor. Jadi arahnya kami ke sana, metalurgi coal jelas, aluminium jelas, butuh dana yang besar,” ujar Ariano pula.

Dia menjelaskan bahwa proyek pembangunan Plant Alumunium membutuhkan belanja modal (capex) yang besar mencapai 1 miliar dolar AS, belum termasuk pembangunan Washing Plant dan lainnya yang membutuhkan dana besar juga.

“Di aluminium kenapa kami mau investasi besar, karena aluminium kita impor dari berbagai negara, sehingga kalau sampai (impor) 1 juta ton, sebanyak 1 ton aluminium (biaya) 2.500 dolar AS, defisitnya Indonesia di aluminium sudah sebesar 2,5 miliar dolar AS,” ujar Ariano.

Untuk sektor metalurgi coal, pihaknya menargetkan Indonesia bisa menjadi supplier metalurgi coal di tingkat global, mengingat saat ini kebutuhan metalurgi coal di Indonesia masih bergantung dari negara- negara lain terutama Australia.

“Itu baru aluminium, kalau semua produk kita impor terus, ekspor bauksit cuma sebesar 50 dolar AS, impor aluminium sebesar 2.500 dolar AS, dari 50 dolar ke 2.500 dolar AS ini yang menikmati orang luar negeri,” ujarnya pula.