Foto: Ilustrasi

StockReview.id – Sebagai salah satu alternatif energi di masa depan, kebijakan terkait teknologi nuklir merupakan hal yang sangat penting untuk dipersiapkan. Persiapan tersebut antara lain terkait analisis dan proyeksi bauran energi hingga 2060 mendatang.

“Hal ini untuk menentukan kebijakan terkait teknologi nuklir apabila nuklir menjadi salah satu sumber energi yang diproyeksikan,” ujar Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Rohadi Awaludin dalam keterangannya dikutip dari laman BRIN, Jakarta, Rabu (21/2/2024).

Saat menerima kunjungan delegasi Mitsubishi Research Institute (MRI) dan Ontario Tech University Jepang di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) BJ. Habibie Serpong, pada Senin (19/2/2024) Rohadi menyampaikan, dalam hal ini, MRI dan Ontario Tech University Jepang tertarik untuk melakukan kolaborasi riset dengan BRIN terkait dengan kebijakan nuklir di Indonesia, di mana energi nuklir akan ikut andil dalam bauran sumber energi menuju Indonesia Net-Zero Emission (NZE) 2060.

Pada kesempatan tersebut perwakilan dari Ontario Tech University Jepang, Hossam Gaber menawarkan simulator NR-HES untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). “Simulator NR-HES ini mampu menyediakan data kuantitatif yang dapat digunakan untuk memperkirakan kapan, di mana, skala apa, dan karakteristik pembangkit yang sesuai dengan yang dibutuhkan,” paparnya.

Ia juga menerangkan bahwa data karakteristik pembangkit yang sesuai sangat dibutuhkan dalam pembangunan sebuah PLTN. “Karakteristik pembangkit yang masuk akal dibutuhkan ketika kita sedang mempertimbangkan untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir untuk pertama kali dan bagaimana imbasnya terhadap pembangkit yang lain,” jelas Hossam.

Sementara itu, Kepala Pusat Riset Teknologi Bahan Nuklir dan Limbah Radioaktif (PRTBNLR) – BRIN, Syaiful Bakhri, menyambut baik kerja sama riset dalam bentuk simulator ini guna mempersiapkan keterlibatan energi nuklir Indonesia dalam transisi energi menuju NZE.

“MRI menawarkan kerja sama riset dalam bentuk simulator sebagaimana PLTN berikut supply fuel dan operasinya benar- benar sesuai dengan demand,” tutur Syaiful.

Lebih lanjut Syaiful menjelaskan perangkat lunak ini bisa menjadi pembanding perangkat lunak simulasi dari International Atomic Energy Agency (IAEA) yang sejauh ini sudah dipakai oleh periset di ORTN.

“Harapannya kita bisa ikut mengembangkan metode pemodelan ini, menerapkannya untuk studi kasus di Indonesia, serta hasil analisis bisa lebih akurat dan menjadi umpan balik bagi pemangku kebijakan ke depannya,” ungkapnya.