StockReview.id – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan biaya operasional untuk melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) tembus hingga Rp200 juta per hari.
“Dengan satu unit pesawat per hari itu sekitar Rp150-200 juta per hari. Dengan menggunakan satu unit pesawat cassa, model terbangnya dua kali,” ungkap Koordinator Laboratorium Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) BRIN Budi Harsoyo.
Rincian dari biaya itu digunakan untuk membeli bahan bakar pesawat alias avtur, bahan semai awan atau garam, dan biaya operasional personel. Kendati demikian ia tak bisa memastikan berapa harga yang digelontorkan dalam setiap kegiatan TMC. Total biaya pengeluaran baru akan dihitung setelah TMC selesai.
“Intinya nanti setelah selesai kegiatan, kami rekap dan datanya kami berikan kepada BNPB. Kita masih belum bisa kalkulasi untuk saat ini ya,” tuturnya.
Terlebih, kata dia, jarak semai awan dengan posko penerbangan menjadi salah satu faktor membengkaknya biaya. Sebab, semakin jauh jarak semai awan, semakin tinggi pula bahan bakar yang dibutuhkan.
“Intinya sekitar 60 persen biaya operasional ini untuk pesawat, terutama untuk bahan bakar aftur. Kalau dia menggunakan pesawat yang lebih besar seperti CN 295 atau Hercules itu konsumsi bahan bakarnya akan semakin banyak,” kata dia.
BNPB, BRIN dan BMKG melakukan penyemaian awan konvektif di sejumlah wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat sejak 26 Desember 2022 hingga Selasa (3/1).
Per harinya, pesawat bisa membawa NaCl untuk ditabur di awan sebanyak tiga sampai enam kali terbang. Hal ini tergantung pada banyaknya jumlah awan yang berpotensi menyebabkan hujan ekstrem di wilayah pemukiman.Sebelumnya, ketiga lembaga itu bersama TNI AU membahas kemungkinan melakukan TMC untuk mengantisipasi cuaca buruk di periode Natal dan Tahun Baru 2023 (Nataru 2023).
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan menyoal potensi cuaca ekstrem di Jabodetabek, pihaknya akan berkoordinasi dengan BRIN untuk menggelar TMC.