StockReview.id –  PT Indodax Nasional Indonesia, salah satu platform pertukaran kripto terbesar di Tanah Air, menggemparkan industri kripto Indonesia setelah sistem keamanannya diduga mengalami peretasan. Insiden ini terungkap oleh platform keamanan Web3, Cyvers, yang pertama kali melaporkan adanya transaksi mencurigakan terkait akun Indodax melalui unggahan di akun resmi X mereka.

Awalnya, Cyvers melaporkan bahwa aset token milik Indodax senilai US$14,4 juta (sekitar Rp217 miliar) telah diambil alih oleh akun yang mencurigakan. Namun, tak lama setelah itu, jumlah potensi kerugian direvisi menjadi US$18,2 juta (sekitar Rp282,1 miliar), yang terjadi dalam lebih dari 150 transaksi.

Kekacauan di Pagi Hari: Platform Indodax Lumpuh

Rabu pagi (11/9/2024), kejadian ini membuat sistem dan situs web Indodax tidak bisa diakses oleh para pengguna. William Sutanto, CTO dan co-founder Indodax, mengakui adanya insiden keamanan dan mengumumkan bahwa tim mereka sedang melakukan investigasi menyeluruh untuk menemukan celah keamanan yang dieksploitasi oleh peretas. “Kami mohon maaf atas gangguan ini dan sementara waktu semua fitur di Indodax dihentikan,” ujar William dalam balasan resmi dari akun Indodax di X.

Selain Cyvers, akun LookonChain—yang memantau transaksi di blockchain—menyebutkan bahwa total kerugian bisa mencapai US$22 juta. Analisis mereka menunjukkan bahwa beberapa token besar terdampak, termasuk 6,14 juta USDT, 1.047 ETH, 25 BTC, hingga jutaan token MATIC, ARB, dan ENA.

Sistem Keamanan Siber Indonesia di Bawah Tekanan

Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi, menyatakan bahwa peretasan ini menjadi bukti kelemahan pertahanan siber di Indonesia, terutama dalam industri yang bergerak di bidang kripto dan aset digital. “Insiden seperti ini sudah lama diprediksi akan menyerang layanan-layanan terkait aset kripto di Indonesia. Ini menunjukkan betapa rentannya keamanan digital kita,” kata Heru.

Menteri Kominfo, Budi Arie Setiadi, juga menanggapi peretasan ini, menyatakan bahwa serangan siber terhadap platform digital kini kian marak, tak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara-negara tetangga seperti Singapura. Meski sempat melempar candaan tentang keamanan data center yang ideal di RS Ibu dan Anak, Budi menekankan bahwa keamanan siber merupakan isu serius yang perlu ditangani segera.

Indodax Klaim Dana Nasabah Tetap Aman

Meski terjadi peretasan, CEO Indodax, Oscar Darmawan, memastikan bahwa dana nasabah tetap 100% aman. Indodax juga telah melakukan investigasi dan sementara menonaktifkan sistem untuk memastikan bahwa tidak ada kerugian yang menimpa para nasabah. Dalam pernyataan resminya, perusahaan mengungkap bahwa mereka memiliki total cadangan aset kripto senilai Rp11,529 triliun, termasuk 4.806,34 Bitcoin (sekitar Rp4,288 triliun) dan 36.915,47 Ethereum (sekitar Rp1,334 triliun).

“Saldo Rupiah dan aset kripto Anda aman dan tidak terpengaruh oleh insiden ini,” tegas Indodax melalui blog resmi mereka, sambil menekankan pentingnya transparansi dan mengingatkan nasabah untuk berhati-hati terhadap potensi penipuan yang mungkin muncul dengan mengatasnamakan Indodax.

Tantangan Keamanan yang Lebih Besar untuk Ekosistem Kripto

Insiden peretasan terhadap Indodax menjadi peringatan keras bagi industri kripto Indonesia untuk memperkuat keamanan siber mereka. Sementara Indodax berusaha memperbaiki sistem dan menjaga kepercayaan nasabah, insiden ini memperlihatkan bahwa industri kripto di Indonesia masih rentan terhadap ancaman siber yang serius.

Dalam situasi yang terus berkembang, para pelaku industri kripto diharapkan untuk mengambil langkah-langkah preventif guna melindungi aset digital dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap ekosistem kripto di Indonesia.