StockReview.id – Setelah Donald Trump terpilih, pasar saham sempat menunjukkan kenaikan signifikan.
Namun, pada Selasa (12/11), kekhawatiran terhadap kebijakan tarif AS terhadap China menyebabkan reli ini melambat.
Pada saat yang sama, euro merosot ke posisi terendah dalam setahun, sementara pound Inggris turun satu persen.
Dolar menguat karena prediksi bahwa kebijakan Trump akan menjaga suku bunga tetap tinggi.
Baca Juga: Rosan: Keluarga Trump Ingin Berinvestasi di Indonesia
Demikian laporan VOA Indonesia, Rabu (13/11/2024).
“Reli pasar saham terhenti sementara pada Selasa,” ungkap Kathleen Brooks, Direktur Riset XTB.
Pasar saham utama Eropa dan Asia berakhir melemah, dengan indeks di Frankfurt dan Paris turun lebih dari 2%.
Selain itu, indeks di Hong Kong anjlok hampir 3%.
Di sisi lain, saham-saham di China terpukul karena kekecewaan investor terhadap kurangnya kebijakan baru dari Beijing untuk mendukung perekonomiannya.
Meski Wall Street mencapai rekor tertinggi pada Senin (11/11), aksi jual tetap terjadi.
Hal ini didorong oleh ekspektasi pasar akan kebijakan bisnis Trump, termasuk pemotongan pajak.
Trump diduga akan mendorong inflasi, yang pada akhirnya memaksa suku bunga tetap tinggi, sehingga dolar menguat pada Selasa.
Selain itu, dukungan Trump terhadap mata uang kripto mendorong harga bitcoin naik mendekati $90.000 atau sekitar Rp1,2 miliar.
Trump juga berencana mengenakan tarif tinggi pada produk impor, dengan tarif mencapai 60 persen untuk barang dari China.
Keputusan Trump mengangkat tokoh-tokoh yang bersikap keras terhadap China dalam kabinetnya menambah kecemasan di pasar global.
“Langkah-langkah terbaru Trump membuat pasar khawatir, terutama hubungan AS dengan China,” jelas analis independen Stephen Innes.
Analis memprediksi tarif tambahan pada impor dari Eropa juga dapat melemahkan pasar saham di kawasan tersebut.
Setelah kemenangan Trump pada 5 November, pasar saham AS melonjak signifikan.
Nilai dolar AS terus menguat terhadap mata uang lain akibat spekulasi inflasi yang mempersulit kebijakan Federal Reserve menurunkan suku bunga.
Laporan indeks harga konsumen AS yang akan keluar Rabu (13/11) menjadi perhatian utama para investor untuk memprediksi langkah Federal Reserve pada rapat kebijakan Desember mendatang.
“Kita asumsikan pemerintahan Trump akan menerapkan kebijakan utamanya, namun waktu dan skala penerapannya belum pasti,” ujar Rodrigo Catril dari National Australia Bank.
“Sebagian besar kebijakan ini – seperti pemotongan pajak, tarif tinggi, deregulasi, dan kebijakan fiskal ekspansif – akan mendukung pertumbuhan atau meningkatkan inflasi,” tambahnya.