StockReview.id – Aktivitas ekonomi Australia melemah pada Mei meskipun suku bunga turun. Survei NAB mencatat bisnis melambat karena konsumen enggan membelanjakan uang.
Perusahaan melaporkan tekanan lebih besar pada margin keuntungan mereka. Indeks kondisi bisnis NAB turun 2 poin menjadi 0 bulan lalu. Penurunan ini jauh di bawah rata-rata jangka panjang sekitar +6 poin.
Sebaliknya, indeks kepercayaan bisnis naik 3 poin menjadi +2. Namun, angka ini tetap rendah dibandingkan data historis sebelumnya. Demikian dikutip dari Reuters, Rabu (10/6/2025).
Baca Juga: BPS Catat Inflasi 1,60% pada Mei 2025, Papua Pegunungan Paling Tinggi
Kepala ekonom NAB Sally Auld menjelaskan penurunan terasa paling kuat di sektor ritel. “Penjualan ritel tetap lemah, sejalan dengan konsumsi yang lebih rendah pada kuartal pertama,” ujarnya. Profitabilitas dan kondisi perdagangan paling terpukul di sektor ritel. Demikian dikutip dari Reuters, Rabu (10/6/2025).
Konsumen tetap berhati-hati meski suku bunga telah dipangkas beberapa bulan terakhir. Inflasi pun sudah mulai melambat, tetapi belanja belum meningkat signifikan.
Pasar memperkirakan RBA akan menurunkan suku bunga lagi pada Juli mendatang. Ekspektasi ini muncul karena ekonomi kuartal pertama menunjukkan performa buruk. Survei NAB juga menunjukkan indeks penjualan turun 1 poin menjadi +5.
Sementara itu, indeks ketenagakerjaan turun 4 poin menjadi 0. Profitabilitas tercatat stagnan di level -4, menandakan tekanan berlanjut. Biaya tenaga kerja dan pembelian terus membebani margin perusahaan.
Indeks Ketenagakerjaan
Sally Auld mengatakan pihaknya memantau pelemahan tenaga kerja secara cermat. “Kami akan mencermati apakah permintaan tenaga kerja terus menurun,” ucapnya.
Indeks ketenagakerjaan saat ini turun ke bawah rata-rata historisnya. Meski begitu, pasar tenaga kerja tetap cukup tangguh sejauh ini.
Tingkat pengangguran bertahan di sekitar 4,1 persen sepanjang tahun lalu. Hal ini menunjukkan tenaga kerja belum terlalu terpengaruh perlambatan ekonomi. Namun tekanan pada margin bisa berdampak ke perekrutan ke depan.
Industri ritel menjadi yang paling rentan dalam kondisi saat ini. Bisnis ritel menanggung tekanan biaya dan lemahnya daya beli konsumen. Perusahaan ritel melaporkan kesulitan menjaga keuntungan di tengah penjualan stagnan.
Pemangkasan suku bunga belum mendorong peningkatan pengeluaran rumah tangga. NAB menyarankan pendekatan kebijakan yang lebih fleksibel di masa mendatang.
Investor menantikan langkah selanjutnya dari Reserve Bank of Australia. Jika kondisi tidak membaik, pelonggaran kebijakan mungkin dipercepat.
Situasi ini memperlihatkan tantangan besar bagi pembuat kebijakan ekonomi. Transmisi pemotongan suku bunga ke konsumsi butuh waktu dan dukungan struktural. Kondisi saat ini menuntut respons cepat dan terukur dari otoritas moneter.