StockReview.id – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 0,53% secara tahunan (YoY) menjadi US$ 204,85 juta pada semester I-2025. Namun, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat turun signifikan 28,37% YoY menjadi US$ 68,96 juta.
Meski demikian, PGEO tetap mencatatkan pertumbuhan dari sisi aset dan kas. Total aset per 30 Juni 2025 tercatat senilai US$ 3,05 miliar atau tumbuh 1,62% YoY, sementara kas dan setara kas naik 8,69% menjadi US$ 712,34 juta.
Direktur Keuangan PGEO, Yurizki Rio, menyebut kinerja keuangan perusahaan tetap solid didorong oleh efisiensi operasional dan produksi yang melebihi proyeksi awal. “EBITDA margin kami terjaga di atas 80%, mencerminkan efisiensi dan profitabilitas yang kuat,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (29/7/2025).
PGEO tetap optimistis terhadap masa depan energi panas bumi sebagai bagian penting dalam transisi energi nasional menuju target Net Zero Emission 2060. Beberapa proyek kunci tengah digarap, termasuk pengembangan PLTP Hululais Unit 1 & 2 (kapasitas 110 MW), proyek co-generation (230 MW), dan eksplorasi WKP Gunung Tiga yang diresmikan Presiden Prabowo pada Juni lalu.
Tambahan pasokan listrik dari PLTP Lumut Balai Unit 2 sebesar 55 MW yang mulai beroperasi akhir Juni juga memperkuat kontribusi PGEO terhadap jaringan listrik nasional dan prospek pendapatan tahun 2025.
Direktur Utama PGEO, Julfi Hadi, menegaskan komitmen perusahaan sebagai world class green energy company yang tidak hanya berfokus pada penyediaan energi bersih, tetapi juga pemberdayaan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan.
“PGEO tak hanya menghasilkan listrik, tetapi juga berkontribusi dalam ekonomi sirkular dan kesejahteraan komunitas sekitar,” tegas Julfi. Hal itu dibuktikan dengan raihan delapan penghargaan dalam ajang Indonesia Social Responsibility Award (ISRA) 2025.
Saat ini PGEO mengelola kapasitas terpasang sebesar 1.932 MW, terdiri dari 727 MW mandiri dan 1.205 MW bersama mitra. Dalam 2-3 tahun mendatang, PGEO menargetkan kapasitas terpasang mandiri mencapai 1 GW, dan 1,7 GW pada 2033, seiring percepatan ekspansi proyek energi panas bumi nasional.