StockReview.id – Direktur Utama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO), David Hidayat, memastikan tetap mempertahankan rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio untuk tahun buku 2023 di atas 85%.
“Tahun ini benar [rasio dividen di atas 85%] karena kami belum ada rencana penggunaan dana untuk kepentingan ekspansi,” ujar David. Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), SIDO akan menggelar RUPST pada 3 April 2024 di Semarang, Jawa Tengah.
Pemanggilan rapat baru akan diumumkan perseroan pada 8 Maret mendatang. Manajemen SIDO menjelaskan para pemegang saham yang berhak menghadiri RUPST adalah mereka yang tercantum dalam Daftar Pemegang Saham di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada 7 Maret 2023 hingga pukul 16.00 WIB.
Manajemen SIDO menyetujui pembagian dividen tunai kepada pemegang saham sebesar Rp1,09 triliun atau setara Rp36,5 per saham. Besaran ini mencerminkan dividend payout ratio 99,13% dari laba bersih perseroan tahun 2022.
Direktur Keuangan SIDO Leonard mengatakan bahwa perseroan biasanya membagikan dividen sebanyak dua kali dalam setahun yang dijadwalkan pada November dan April, dengan rasio dividen di kisaran 85%-90% dari laba bersih.
“SIDO sangat rajin untuk membagikan dividen, biasanya kami membagikan dividen itu di atas 85% atau di atas 90%. Bahkan dua tahun lalu, kalau tidak salah, kami bagikan sampai 100%,” ujar Leonard dalam paparan publik pada akhir November 2023. Sementara itu, sepanjang 2023, SIDO membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp950,64 miliar. Perolehan ini turun 13,95% dari periode yang sama tahun lalu, yakni Rp1,10 triliun.
Penurunan laba bersih diakibatkan oleh pelemahan kinerja penjualan yang turun 7,8% year-on-year (YoY) menjadi Rp3,56 triliun pada 2023. Pada saat bersamaan, beban pokok penjualan menurun ke Rp1,54 triliun dibandingkan Rp1,69 triliun pada tahun 2022. Dengan demikian, Sido Muncul mengakumulasikan laba bruto sebesar Rp2,01 triliun sepanjang tahun lalu.
Capaian ini turun dibandingkan tahun 2022 yang mencapai Rp2,16 triliun. Namun, di tengah kondisi ekonomi yang cukup menantang, perseroan masih mampu mempertahankan pangsa pasar khususnya untuk produk unggulannya yakni Tolak Angin yang menguasai 72% market share hingga akhir 2023.