Foto: Ilustrasi

StockReview.id – PT Timah Tbk (TINS) memperkirakan bahwa permintaan logam timah akan pulih dan berlanjut pada triwulan ke dua tahun 2023 seiring dengan penguatan fundamental. Sekretaris Perusahaan TINS Abdullah Umar Baswedan menuturkan di tengah fluktuasi harga komoditas yang bergerak volatile dengan kecenderungan menurun, TINS tetap mencatatkan laba positif.

“Pemulihan ekonomi global di akhir kuartal I 2023 masih menghadapi sejumlah tantangan,” urainya berdasarkan keterangan tertulis yang dikutip, Kamis (11/5/2023). PT Timah Tbk (TINS) tahun ini fokus mengalokasikan capex untuk meningkatkan produksi tambang. Emiten berpelat merah ini menyiapkan dana capex senilai kurang lebih Rp 950 miliar.

Sekretaris Perusahaan TINS Abdullah Umar Baswedan menuturkan dana ini berasal dari internal dan juga pinjaman bank. Belanja modal tahun ini, yang jelas alokasinya difokuskan untuk maintence kapal produksi. Salah satunya juga untuk meningkatkan produksi timah industri dan mendukung hilirisasi. Concern kita adalah tingkatkan produksi untuk hilirisasi,” tutur Abdullah.

Abdulah melanjutkan, nilai capex ini juga merupakan bagian dari efisiensi ketat yang dijalankan oleh Perseroan. Anggaran capex tahun ini benar-benar dialirkan pada aktivitas peningkatan produksi, baik untuk peningkatan produksi logam, bijih timah dan turunannya.

TINS menargetkan peningkatan produksi bijih timah mencapai 30% hingga 35% pada tahun ini. Sebagai gambaran, produksi bijih timah sepanjang tahun 2022 mencapai sekitar 20.000 ton. Sementara itu, pada kuartal I 2023 TINS mencatat penurunan produksi bijih timah sebesar 4.139 ton atau turun 8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 4.508 ton.

Bahkan produksi logam turun 18% menjadi 3.970 ton di kuartal I 2023 dari 4.820 di 2022. Serta penjualan logam timah turun 26% menjadi 4.246 ton dari 2022: 5.703 ton.

Pada kuartal I 2023 TINS mengantongi laba Rp 50,278 miliar atau anjlok 91,6% di kuartal I 2023 dibanding periode yang sama tahun 2022 yang terbilang Rp 601,46 miliar.

Pos pendapatan turun 50,5% menjadi Rp 2,171 triliun. Detailnya, penjualan logam timah merosot 51,7% yang tersisa Rp 1,732 triliun. Tidak jauh berbeda, penjualan tin chemical melorot 62,7% yang tersisa Rp 176,43 miliar. Penjualan batu bara meningkat 46,9% menjadi Rp 78,955 miliar. Lalu, penjualan tin solder menyusut 29,4% menjadi Rp 79,596 miliar.