StockReview.id – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) menargetkan pengoperasian total armada sebanyak 124 pesawat pada 2023, termasuk untuk anak usaha, yakni Citilink. Target pengoperasian armada, baik Garuda Indonesia maupun Citilink, menjadi salah satu implementasi proses pemulihan kinerja perseroan, pascarestrukturisasi yang rampung pada tahun lalu.
“Dengan target sebanyak total 124 armada Garuda Indonesia Group yang akan beroperasi di tahun 2023, kami optimistis bahwa upaya untuk mencapai akselerasi kinerja dalam fase pemulihan kinerja, khususnya pada sektor pasar domestik, dapat tercapai di tahun ini,” jelas Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra, Rabu (4/1).
Rincian bahwa total armada milik grup perusahaan itu meliputi 66 serviceable aircraft milik Garuda Indonesia, sementara itu 58 sisanya merupakan milik Citilink. Emiten berkode saham GIAA itu menargetkan untuk dapat mengoperasikan hingga 66 serviceable aircraft melalui program restorasi pesawat.
Upaya restorasi didukung dengan tambahan modal dari Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp7,5 triliun. Di sisi lain, anak usaha Citilink turut menyelaraskan kinerjanya dengan memaksimalkan optimalisasi potensi pasar penerbangan low cost carrier (LCC), dengan target menerbangkan 58 pesawat pada tahun ini.
Garuda Indonesia menilai outlook permintaan penumpang terhadap penerbangan di 2023 bakal semakin diperkuat dengan pencabutan PPKM. Sebelumnya, sinyal positif tersebut sudah didukung dengan tingginya volume pergerakan masyarakat saat periode libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023.
Semantara itu, data posko Kementerian Perhubungan (Kemenhub), selama libur akhir tahun volume angkutan udara merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan moda lain. Per Senin (2/1), jumlah penumpang angkutan udara mencapai 3,2 juta orang dari total pergerakan dengan angkutan umum, yakni 10,3 juta orang.
“Oleh karenanya, Garuda Indonesia Group turut melakukan persiapan secara maksimal agar mampu menyerap dengan optimal demand pasar nantinya, baik dari segi penambahan jumlah armada yang beroperasi maupun menghadirkan rangkaian inisiatif lainnya,” lanjut Irfan.
Lebih lanjut, usaha untuk mendorong pemulihan industri penerbangan tidak hanya dilakukan oleh maskapai saja. Pemerintah dinilai perlu ambil bagian dalam memulihan sektor aviasi. Menurut pemerhati penerbangan dari Jaringan Penerbangan Indonesia (Japri) Gerry Soejatman, sejalan dengan upaya maskapai untuk meningkatkan utilisasi pesawat, maka pemerintah perlu mendorong pengembalian jam operasi bandara ke kondisi prapandemi.
“Cuman butuh satu sih untuk peningkatan utilisasi pesawat, pengembalian jam operasi bandara ke jam operasi pra-pandemi,” jelasnya.
Menurut Gerry juga mendorong agar penambahan durasi operasi bandara (extended operating hours) ketika adanya kendala cuaca perlu dilakukan lagi, terutama saat trafik meningkat ke depannya.