Foto: ILustrasi.

StockReview.id – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai US$ 585 juta atau setara Rp 8,59 triliun (Kurs Rp 14.700/dolar) di sepanjang tahun ini untuk sejumlah kebutuhan.

Sebagian akan digunakan untuk proyek pertumbuhan di tambang maupun penyertaan modal. Chief Financial Officer (CFO) Vale Indonesia, Bernardus Irmanto menjelaskan, dana capex yang dialokasikan tahun ini khususnya untuk pengembangan tambang baru di Pomalaa dan Bahodopi.

“Serta ada alokasi lainnya yakni penyertaan modal perusahaan patungan yang akan membangun smelter berteknologi Rotary Klin Electric Furnace (RKEF) di Bahodopi,”ungkapnya.

Sebagai informasi, proyek smelter RKEF di Bahodopi masuk dalam salah satu Proyek Strategis Nasional. Pabrik pengolahan nikel ini akan didukung sumber listrik dari gas alam cair (LNG) sehingga diklaim memiliki jejak karbon lebih rendah dibandingkan smelter lain yang menggunakan batubara.

Menurut perhitungan manajemen Vale, pemanfaatan gas sebagai bahan bakar akan mengurangi emisi karbon dari seluruh operasi proyek sebesar 33% pada 2030. Dalam catatan Kontan.co.id sebelumnya, total biaya investasi untuk proyek smelter RKEF Bahodopi ini senilai Rp 37,5 triliun dengan kapasitas produksi mencapai 73.000 ton.

Adapun sampai dengan kuartal I 2023, Irmanto menjelaskan, INCO telah merealisasikan belanja modal senilai US$ 58,2 juta di mana ada alokasi sekitar US$ 25 juta untuk sustaining dan sisanya untuk pekerjaan awal menunjang proyek yang sedang dikerjakan.

Sebelumnya CEO Vale Indonesia, Febriany Eddy menjelaskan menyusul peletakan batu pertama untuk Proyek Morowali pada Februari 2023, INCO dan mitra terus melaksanakan pekerjaan di lapangan, baik di lokasi tambang maupun di pabrik pengolahan.

Sampai dengan kuartal I 2023, INCO telah merealiasikan volume produksi nikel dalam matte sebesar 16.769 metrik ton. Produksi pada periode Januari-Maret 2023 ini jika dibandingkan dengan produksi di kuartal I 2022 mengalami kenaikan hingga 21% year on year (YoY). Sedangkan jika dibandingkan dengan produksi di kuartal IV 2022 juga lebih tinggi 4% quarter to quarter (QtQ). Febriany menyampaikan, INCO menargetkan produksi nikel dalam matte sebanyak 70.000 ton di sepanjang 2023.

Lebih lanjut, Febriany menyatakan, pihaknya akan terus menjaga keandalan operasional Furnace 4 setelah pembangunan kembali yang rampung di tahun lalu. Adapun pada Furnace 2, sebagai bagian dari strategi, INCO telah melakukan perbaikan atap secara aman yang dilakukan lebih awal yaitu pada Maret 2023, bukan pada kuartal IV 2023. Febriany bilang, perbaikan yang lebih cepat ini untuk mendapatkan keandalan produktivitas Furnace 2 di 2023.