Foto: Ilustrasi.

StockReview.id – PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) menggelontorkan belanja modal capex Astra Agro berkisar Rp 1,5-1,7 triliun

Tahun 2023, dia menegaskan, Astra Agro mengestimasikan kinerja tumbuh berkisar 5-10%. Prinsipnya, pertumbuhan kinerja sangat bergantung beberapa faktor, yang salah satunya cuaca.

Presiden Direktur Astra Agro Santosa menjelaskan, sebagian besar capex 2023 akan dimanfaatkan perseroan untuk mendanai penanaman kembali tanaman sawit (replanting) dan perawatan tanaman belum menghasilkan (TBM). Adapun sisanya digunakan untuk memperbaiki infrastruktur dan perawatan pabrik, seperti pergantian dan peremajaan alat.

Santosa menerangkan, tanaman sawit milik perseroan sudah matang dan bukan lagi tanaman baru seperti 10 tahun yang lalu. Saat ini, perseroan juga fokus melakukan stabilisasi peremajaan sekitar 5 ribu tanaman.

“Jadi, range capex 2023 kami berkisar Rp 1,5-1,7 triliun, tidak terlalu besar. Dari situ, mungkin separuhnya untuk TBM, karena kenaikan harga pupuk tahun lalu luar biasa tinggi, sekitar 92%. Jadi, belum final, sedang saya evaluasi, karena perubahan harga pupuk tersebut,” ungkap Santosa dalam acara Talk to The CEO di Semarang, Jawa Tengah, akhir pekan lalu.

Sejalan dengan itu, dia berharap, tahun ini pemerintah tidak lagi menerbitkan kebijakan esktrem untuk mengendalikan harga crude palm oil (CPO), sebagaimana yang diberlakukan tahun lalu. Tujuannya agar tidak terjadi gejolak di industri sawit.

“Intinya, pemerintah jangan main larang, jangan beri kejut-kejutan. Kalau masalah Minyakita, misalnya, mau dibereskan, harus dilihat akar masalahnya, yakni distribusi. Jangan sampai juga Minyakita disamakan dengan semua merek,” tambah dia.

Menurut dia, 2022 adalah tahun penuh tantangan bagi industri sawit. Perseroan pun mengambil dua kebijakan besar pada saat itu. Pertama, memperpanjang rotasi panen untuk menekan produksi inti. Kedua, mengakselerasi jumlah ekspor ke pasar India, seiring tingginya permintaan minyak di negara itu. Ditambah lagi, saat itu, terdapat kebijakan penurunan pungutan ekspor, sehingga hal ini sangat membantu.

Alhasil, dia menegaskan, sampai akhir 2022, perseroan mampu mengembalikan ketersediaan pasokan minyak untuk pasar nasional berkisar 3,8-4 juta ton. Walaupun saat memasuki kuartal I-2023, perseroan cemas, terkait beredarnya kabar penimbunan minyak sekitar 500-700 ton.

Perseroan akan terus mencermati untuk mengakuisisi kebun. Syaratnya, kebun target akuisisi sudah bersertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), karena perseroan sudah berkomitmen terhadap isu keberlanjutan.

Di sisi lain, perseroan juga berpotensin perseroan membagikan dividen pada tahun ini. Salah satu pemicunya didorong oleh harga komoditas yang relatif stabil.