StockReview.id – Masalah over dimension over load (ODOL) pada bisnis logistik di Indonesia menjadi perhatian serius. Djoko Setijowarno, Wakil Ketua Pemberdayaan MTI Pusat, menyarankan optimalisasi moda transportasi kereta api (KA) sebagai solusinya.
Dominasi angkutan jalan raya menyumbang 87,57 persen dari total angkutan barang nasional pada 2019, menyebabkan kemacetan dan pungutan liar. Sementara itu, kontribusi KA hanya 0,26 persen, meskipun memiliki potensi besar sebagai moda logistik yang efisien.
Kereta api mampu mengangkut berbagai jenis barang dengan menggunakan gerbong khusus, seperti gerbong datar, gondola, atau gerbong tangki. Penggunaan KA dapat mengurangi kerusakan jalan akibat truk ODOL, sehingga menekan biaya perawatan infrastruktur.
Efisiensi Logistik
Selain lebih efisien, KA juga lebih hemat energi, ramah lingkungan, dan terprediksi waktu tempuhnya. Djoko menegaskan, kereta api mampu mengangkut barang jarak jauh dengan volume besar sekaligus mengurangi emisi gas buang secara signifikan.
Untuk meningkatkan efisiensi logistik, Djoko mendorong reaktivasi jalur rel yang terhubung langsung ke pelabuhan. Jalur seperti ini pernah ada pada masa Pemerintah Hindia Belanda, tetapi kini sebagian besar sudah nonaktif.
Saat ini, hanya Pelabuhan Tanjung Intan di Cilacap yang masih memiliki jalur rel aktif hingga ke dermaga. Kondisi ini memperpanjang rantai distribusi karena barang harus dipindahkan ke truk sebelum dimuat ke kapal.
Baca Juga: Direktur dan Komisaris Habiskan Rp4,50 Miliar untuk Beli Saham JSMR
Upaya mengaktifkan kembali jalur rel menghadapi tantangan besar, seperti anggaran tinggi dan pembebasan lahan yang kompleks. Beberapa jalur bahkan telah berubah fungsi menjadi kawasan permukiman, menyulitkan pengembangan kembali.
Djoko menilai, revitalisasi jalur KA menuju pelabuhan adalah langkah strategis untuk mengurangi biaya logistik. Hal ini juga mendukung pengangkutan barang yang lebih cepat, efisien, dan ramah lingkungan.