Foto: Ilustrasi.

StockReview.id – PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) baru saja merilis laporan keuangan audited untuk periode kinerja 2022 lalu.

Dalam laporan tersebut dijelaskan bahwa perusahaan sukses meraup nilai penjualan dan pendapatan jasa sebesar Rp2,72 triliun. Capaian tersebut terhitung tumbuh 9,23 persen dibanding realisasi penjualan dan pendapatan jasa pada 2021 yang masih sebesar Rp2,49 triliun.

Perolehan pendapatan dan penjualan tersebut sebagian besar didapatkan dari segmen usaha real estate, dengan kontribusi mencapai Rp1,38 triliun.cSementara segmen usaha pembangkit tenaga listrik menyumbang Rp696,57 miliar, dan segmen jasa dan pemeliharaan berperan sebesar Rp554,36 miliar.

Di luar itu, segmen usaha golf juga menyumbang sebesar Rp75,88 miliar. Sedangkan segmen usaha pariwisata menjadi kontributor terkecil, dengan nilai penjualan dan pendapatan jasa sebesar Rp33,23 miliar. Seiring naiknya pendapatan, KIJA juga harus menanggung beban pokok penjualan dan pendapatan jasa yang mencapai Rp1,32 triliun di sepanjang tahun lalu.

Selain itu, ada juga beban penjualan sebesar Rp67 miliar, beban umum dan administrasi sebesar Rp450,98 miliar dan beban keuangan sebesar Rp516,388 miliar. Sementara, beban pajak final tercatat sebesar Rp45,12 miliar, dan beban lain- lain sebesar Rp315,37 miliar. engan serangkaian beban tersebut, KIJA mencatatkan laba sebelum beban manfaat penghasilan sebesar Rp48,89 miliar.

Setelah dikurangi beban pajak dan pos pengeluaran yang lain, KIJA tercatat masih mengalami rugi bersih sebesar Rp64,03 miliar. Catatn rugi tersebut membengkak dari nilai rugi tahun 2021 yang hanya sebesar Rp5,16 miliar.

Pada tahun ini, KIJA telah menyediakan dana belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp400 miliar. Nilai tersebut disiapkan untuk membiayai akuisisi lahan baru sebesar Rp250 miliar, sedangkan sisanya sebesar Rp150 miliar untuk dana pemeliharaan.

Sedangkan terkait kinerja, KIJA mengincar target marketing sales sebesar Rp2 triliun, atau mengasumsikan adanya pertumbuhan sebesar 16 persen dibanding realisasi 2022 yang sebesar Rp1,72 triliun. Target tersebut disusun dengan berharap Rp1 triliun diantaranya bakal bisa didapat dari kawasan industri Cikarang dan lainnya.

Secara lebih detil, sebesar Rp750 miliar diharapkan bisa didapat dari penjualan tanah matang dan bangunan industri, serta sebesar Rp250 miliar dari produk residensial dan komersial di kawasan industri Cikarang dan lainnya.

Sementara, targat sebesar Rp1 triliun lagi coba didapatkan dari perusahaan-perusahaan Joint Venture, di mana Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal merupakan kontributor terbesar dengan target Rp800 miliar, serta Joint Venture residensial/ komersial di Cikarang sebesar Rp200 miliar.