StockReview.id – PT Pertamina (Persero) kembali menyiapkan salah satu anak usahanya untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering/IPO) dalam waktu dekat. Usai PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) yang sukses IPO pada Februari 2023 lalu, kini aksi korporasi serupa tengah siap dilakukan oleh PT Pertamina Hulu Energi (PHE).
Tak tanggung-tanggung, lewat proses IPO tersebut, PHE mengincar dana segar hingga USD1,36 miliar, atau sekitar Rp20 triliun. Rencananya, proses IPO tersebut bakal mulai dilangsungkan pada Juni 2023 mendatang, dengan jumlah saham yang bakal dilepas ke publik sekitar 10 sampai 15 persen dari total saham PHE.
Sebagaimana dilansir Reuters, dana hasil IPO nantinya bakal digunakan PHE untuk meningkatkan produksi minyak melalui akuisisi atau pengeboran sumur baru. Terkait pemberitaan ini, pihak PHE sejauh ini belum mengeluarkan pernyataan resminya.
Dengan nilai yang mencapai Rp20 triliun, maka dapat dipastikan IPO PHE ini bakal menjadi yang terbesar di Asia Tenggara sepanjang tahun 2023. Nilai tersebut jauh lebih besar dibanding dana hasil IPO yang diraup oleh dua raksasa nikel PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel yang sebesar USD680 juta dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) yang mencapai Rp9,2 triliun.
Dalam catatan Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai IPO di atas USD1 miliar terakhir kali dilakukan oleh PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), pada April 2022 lalu, yaitu sebesar USD1,1 miliar, atau sekitar Rp15,8 triliun.
Berdasarkan term sheet yang dilihat Reuters, Citigroup, Credit Suisse, dan JP Morgan menjadi joint bookrunners IPO PHE bersama BRI Danareksa dan Bank Mandiri. Namun demikian, rencana IPO PHE ini terjadi berbarengan di tengah dorongan pemerintah Indonesia untuk memprivatisasi beberapa BUMN, dan untuk meningkatkan ketahanan energi.
Sepanjang 2023, nilai penggalangan dana dari IPO di Indonesia mencapai USD1,58 miliar, berada di posisi kedua di Asia Pasifik, setelah Tiongkok, berdasarkan data Refinitiv