Foto: Ilustrasi.

StockReview.id – Ketua Rumah Sawit Indonesia (RSI), Kacuk Sumarto, mengatakan bahwa perkebunan kelapa sawit mulai harus dikembangkan dengan model integrasi yang mana lahan perkebunan juga dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman pangan, hortikultura, perikanan air tawar dan peternakan.

Hal ini dikarenakan luasan kelapa sawit Indonesia sudah mencapai 16 juta hektare dan dibayangi dengan ancaman krisis pangan serta energi. Maka dari itu Kacuk menilai sudah seharusnya perkebunan kelapa sawit menjadi bagian dari solusi melalui pola integrasi tersebut.

Kacuk menjelaskan, pada awal penanaman di areal perkebunan, dapat ditanami dengan tanaman pangan dan horti seperti padi gogo, jagung, sorgum atau semangka yang bisa dikembangkan sampai tanaman menghasilkan. Lalu, bisa dikembangkan peternakan sapi yang dikelola dengan sistem koloni yang mana kotorannya bisa diolah menjadi kompos serta biogas.

“Pada bagian tertentu kebun dapat dikembangkan embung yang nanti bisa dimanfaatkan sebagai sumber air penyiraman dan tempat pemeliharaan ikan. Sehingga perkebunan sawit bisa menjadi sumber penyediaan pangan dan energi,” jelas Kacuk dalam keterangannya, dikutip Warta Ekonomi, Selasa (23/7/2024).

Dirinya berharap jika pengembangan perkebunan terintegrasi ini menjadi model yang direkomendasikan pada perkebunan rakyat sehingga bisa juga berdampak pada peningkatan pendapatan serta ketahanan energi dan pangan.

Dalam kesempatan tersebut, Kacuk juga menegaskan pentingnya keberlanjutan usaha perkebunan rakyat melalui pengembangan korporasi petani. Dia menilai perlu adanya penguatan kelembagaan sehingga produksi dari pola integrasi dapat dipasarkan dan memberikan penghasilan melalui kemitraan dengan offtaker.

Lebih lanjut, pihaknya juga bakal memfasilitasi koperasi petani untuk dapat bekerja sama dengan swasta dalam hal pengembangan PKS atau kerja sama pembelian TBS, dan pengembangan industri minyak goreng merah. Hal ini selaras dengan tujuan mewujudkan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan.