Foto: Ilustrasi

StockReview.id – Bantuan sosial (bansos) beras yang dikucurkan pemerintah secara jor-joran diduga membuat stok di pasaran menjadi langka yang membuat harganya kian meroket.

Fenomena itu dikeluhkan oleh Hari Santosa (61) salah satu pedagang beras yang biasa berjualan di Pasar Kranji, Kota Bekasi.

Dia mengaku geram, ketika tahu pemerintah membeli beras di gudang atau agen yang selama ini menjadi tempat berbelanja para pedang beras. Sebab, hal itu membuat membuat stok beras menjadi langka.

“Lah dia kan belinya dari penggilingan, Jakarta Timur, bukan dari orang-orang kita di sini. Lah kita mah gigit jari di sini, selalu kena dampaknya, lah kan bos-bos pada beli di penggilingan langsung, lebih murah,” ucap Hari saat ditemui wartawan, Bekasi, Minggu (18/2/2024).

“Agen gede penggilingan, otomatis dari penggilingan kan enggak masuk ke mari, lah orang udah abis di sana, stok di sana kosong, pusing makanya,” sambungnya.

Menurutnya, jika ingin membuat program yang bisa saling menguntungkan, antar masyarakat dan pedagang, sebaiknya pemerintah membeli bahan pokok itu ke pedagang kecil.

Dia juga menceritakan, sudah dua bulan merasakan dampak dari kenaikan harga beras ini. Selain dari pemberian bansos, terdapat faktor lain seperti gagal panen dari petani.

“Sebulan atau dua bulan yang lalu lah mulai nombok, nombok setiap belanja, memang kalau keadaan gini kita juga harus akuin ya, keadaan cuaca, el nino, terus banyak yang gagal panen, ditambah bansos ya rusak (harga dan stoknya),” katanya.

Saat ini, untuk harga 5 liter beras dia menjual dengan harga Rp80 ribu. Angka tersebut naik Rp20 ribu dibandingkan sebelumnya.

“Ini yang lima liter, Rp80 ribu. Rp75 ribu juga dikasih lah, kalau dulu dapet Rp60 ribu,” katanya.