Foto: Ilustrasi

StockReview.id – PT Timah Tbk (TINS) menargetkan peningkatan produksi bijih timah mencapai 35% pada tahun ini. Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) tahun ini target naik sekitar 33% – 35% ke 26.000 ton sekian

Direktur Operasi TINS Purwoko mengatakan, produksi bijih timah sepanjang tahun 2022 mencapai sekitar 20.000 ton. Tantangan yang kini dihadapi yakni belum berjalannya ekosistem timah nasional dengan baik. Salah satu hal yang menjadi sorotan yakni belum adanya standar harga yang dikenakan untuk komoditas timah.

“kondisi komoditas timah saat ini berbeda dengan nikel dan batubara yang memiliki harga patokan atau harga acuan khusus. Dengan tidak adanya standar harga ini, maka disparitas harga yang terjadi cukup tinggi. Ini membuat praktik jual beli timah menjadi sangat mara”, Ungkap Purwoko.

Kondisi ini membuat TINS mengalami kesulitan dalam mengejar target produksi. Belum lagi masih terjadinya praktik tambang ilegal pada wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) TINS.

Meski demikian, Purwoko memastikan pihak ya tetap berupaya menggenjot produksi untuk tahun ini. Selain memaksimalkan peluang eksplorasi darat, TINS juga mulai mengincar eksplorasi laut.

“Kita masih punya beberapa potensi di laut cuma kita bertahap dulu, darat dulu. Darat dan laut kira-kira situasi sama cuma kita perlu usaha besar untuk pengembangan darat karena eksplorasi mulai bergeser ke batuan,” terang Purwoko.

Selain itu, TINS pun juga tengah mengkaji peluang pemanfaatan kembali lahan-lahan tambang yang sudah tidak terpakai.

Purwoko menyebutkan, untuk tahun ini TINS memproyeksikan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) dikisaran US$ 25.000 hingga US$ 30.000 per metrik ton.

TINS membukukan penurunan kinerja operasional hingga kuartal III-2022. Produksi bijih timah TINS pada periode ini tercatat sebesar 14.502 ton, turun 19% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 17.929 ton.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 35% atau 5.004 ton berasal dari penambangan darat. Sedangkan 65% atau 9.498 ton berasal dari penambangan laut.

Produksi logam timah pada periode ini juga menurun 26% menjadi 14.130 metrik ton dari sebelumnya sebesar 19.120 metrik ton di periode yang sama tahun lalu.

Meski volume penjualan menurun, TINS mencatatkan kenaikan harga jual rerata alias average selling price (ASP) logam timah pada sembilan bulan pertama 2022. Adapun ASP yang direalisasikan TINS sebesar US$ 35.026 per metrik ton, naik 16% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 30.158 per metrik ton.

Kenaikan laba bersih ini sejalan dengan kenaikan pendapatan. TINS membukukan pendapatan senilai Rp 10,18 triliun, naik 5,05% dari pendapatan yang direalisasikan pada periode yang sama tahu lalu, yakni Rp 9,69 triliun.

Bersamaan, penjualan logam timah pada periode ini juga menurun 20% menjadi 15.325 metrik ton dari sebelumnya 19.059 metrik ton pada periode yang sama tahun lalu.

Kenaikan ASP inilah yang menopang kinerja keuangan TINS. Emiten yang berbasis di Bangka Belitung ini membukukan laba bersih senilai Rp 1,14 triliun per kuartal ketiga 2022. Jumlah ini melesat 87,28% dari realisasi laba bersih TINS di periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp 611,89 miliar.