MarketNetwork

Ketegangan Timur Tengah Membuktikan Bitcoin Bukan Safe Haven

×

Ketegangan Timur Tengah Membuktikan Bitcoin Bukan Safe Haven

Sebarkan artikel ini

StockReview.id – Gejolak di Timur Tengah yang dipicu oleh serangan rudal Iran terhadap Israel baru-baru ini mengguncang pasar keuangan dan mengungkapkan kenyataan pahit bahwa Bitcoin tidak dapat diandalkan sebagai aset aman (safe haven). Sebaliknya, emas tetap menjadi pilihan utama bagi para investor yang mencari perlindungan di tengah ketidakpastian geopolitik.

Setelah serangan rudal tersebut, harga Bitcoin mengalami penurunan tajam sebesar 6%, kehilangan lebih dari $4,000 dari nilainya dan sempat menyentuh angka $60,000 sebelum akhirnya rebound ke $61,000 pada hari Kamis (3/10). Dalam periode yang sama, harga emas justru mengalami kenaikan, meskipun sempat terkoreksi pada hari Rabu, menunjukkan kepercayaan yang lebih besar dari investor terhadap logam mulia ini sebagai tempat aman untuk menyimpan modal.

Jesse Colombo, seorang analis logam mulia, menggarisbawahi bahwa serangan yang terjadi pada bulan Oktober 2023 ini mencerminkan pola yang mirip dengan serangan sebelumnya oleh Iran pada April 2024, di mana harga emas naik sementara Bitcoin justru merosot. Hal ini mempertegas pandangan bahwa emas tetap menjadi safe haven yang lebih andal dibandingkan Bitcoin, yang sering kali berperilaku layaknya aset berisiko spekulatif, mirip dengan saham di sektor teknologi baru.

Keterkaitan dengan Pasar Saham

Selain ketidakstabilan akibat konflik, hubungan Bitcoin yang semakin erat dengan indeks Nasdaq-100 dan S&P 500 juga mempengaruhi kinerjanya selama peristiwa geopolitik. Bitcoin sempat mengalami kenaikan seiring dengan indeks-indeks tersebut setelah Federal Reserve memotong suku bunga sebesar 50 basis poin pada 18 September. Namun, penurunan tajam terjadi setelah pembalikan “yen carry trade” pada 5 Agustus, menunjukkan bahwa Bitcoin sangat terpengaruh oleh pergerakan pasar saham.

Meskipun laporan dari BlackRock bulan lalu menyebutkan bahwa dalam jangka panjang, Bitcoin menunjukkan ketahanan yang lebih baik dibandingkan emas selama ketegangan geopolitik, kinerja jangka pendek Bitcoin lebih mirip dengan aset berisiko tradisional. Ini kembali menegaskan peran emas sebagai penyimpan nilai yang lebih handal.

Kesimpulan

Para pengamat dan analis, termasuk Colombo, sepakat bahwa ketegangan di Timur Tengah ini menjadi pengingat bahwa meskipun Bitcoin sering disebut sebagai “emas digital,” emas tetap menjadi pilihan utama di masa krisis. Seiring dengan meningkatnya ketegangan global yang dapat memicu konflik besar, investor kemungkinan akan terus mencari keamanan dalam emas, sementara Bitcoin menunjukkan volatilitas yang tinggi sebagai aset spekulatif.