Laba per saham dasar yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk ikut turun ke level Rp36,82 per lembar, sedangkan akhir tahun 2021 berada di level Rp42,28.
Data tersebut tersaji dalam laporan keuangan tahun 2022 telah audit emiten jamu itu yang diunggah pada laman Bursa Efek Indonesia(BEI), Jumat(10/2/2023).
Penjualan menyusut 3,8 persen menjadi Rp3,865 triliun karena penjualan jamu herbal dan suplemen terkikis 2,2 persen menjadi Rp2,633 triliun. Penjualan makanan dan minuman juga merosot 8,4 persen menjadi Rp1,089 triliun.
Walau beban pokok penjualan dapat ditekan sedalam 1,8 persen menjadi Rp1,702 triliun, laba kotor tetap turun 4,6 persen menjadi Rp2,162 triliun.
Sementara itu, total kewajiban berkurang 3,6 persen dibanding akhir tahun 2021 menjadi Rp575,96 miliar. Sedangkan ekuitas tumbuh 0,97 persenmenjadi Rp3,505 triliun.