StockReview.id – Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut bahwa kinerja ekspor sepanjang tahun 2023 mampu mencetak USD258,82 miliar dan masih lebih tinggi dari nilai impor yang sebesar USD221,89 miliar.

“Dengan demikian sebetulnya langkah-langkah makro yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia sudah berada dalam track yang benar,” katanya pada acara Investor Daily Round Table yang bertema “Tantangan Ekonomi di Tahun Politik” di Cirebon, Jawa Barat, Rabu (24/01).

Menko Airlangga bahkan memperkirakan pendapatan per kapita Indonesia pasca Covid-19 sudah kembali masuk di upper middle income country lagi. Tidak banyak negara masuk di upper middle income country secara konsisten. “Dan kita diperkirakan di tahun 2024, income per kapita bisa menembus di angka USD5.300 sampai dengan USD 5.400,” katanya optimistis.

Airlangga sempat menyinggung pembangunan proyek jangka panjang Giant Sea Wall (GSW) yang bertujuan menjaga keberlangsungan Pulau Jawa sebagai salah satu mesin utama ekonomi nasional. Menurutnya perlindungan pesisir pulau Jawa akan meningkatkan resiliensi baik secara ekonomi maupun keamanan.

“Ke depan banyak Proyek Strategis Nasional. Koridor utara Jawa itu menjadi sebuah koridor yang seharusnya tidak ada gangguan. Salah satu supaya tidak ada gangguan itu adalah menekan logistic cost lebih rendah dari 20%. Salah satunya tadi ada Pelabuhan Patimban. Jadi selain yang Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak, ada Patimban.”

Patimban ini punya potensi untuk sangat membantu di kawasan utara bagian barat. Terutama untuk industri otomotif dan manufaktur. Dibuktikan dalam waktu singkat kapasitas untuk ekspor otomotif yang disiapkan sekitar 218 ribu, langsung 100% tahun kemarin. Itu membuktikan gerakan ekonomi utara yang luar biasa,” jelas Menko.

Airlangga menerangkan sejumlah kebijakan strategis Pemerintah dalam mendukung penguatan ekonomi Indonesia seperti Program Bantuan Pangan yang turut menjaga daya beli dan level inflasi nasional, pemberdayaan UMKM melalui program KUR, penguatan daya saing dan nilai tambah industri melalui hilirisasi, mendorong ekspor dan menjaga resiliensi sektor eksternal, peningkatan produktivitas SDM, pemerataan pembangunan dan konektivitas, peningkatan kerja sama internasional, serta kemudahan berusaha dan peningkatan investasi.

“Tetapi kita lihat beberapa negara pengungkit seperti Amerika Serikat sudah mulai bisa menangani inflasinya dan pertumbuhannya juga sudah bisa kelihatan, demikian pula dengan China. Dan Indonesia di region Indo-Pasifik ini berharap bahwa ini menjadi wilayah yang sangat dinamis. Dan pertumbuhan ekonomi dunia ini berbasis pada Indo-Pasifik,” pungkas Menko Airlangga.