StockReview.id – Masalah kebocoran data nasabah lembaga keuangan masih terus terjadi di Indonesia. Lantas, bagaimana tanggapan Accenture terkait laporan Accenture Technology Vision 2023 yang bertajuk When Atoms Meet Bits: The Foundation of Our New Reality, yang mengungkap transparansi data?

Technology Lead Accenture Indonesia, Retno Kusumawati menjelaskan bahwa masalah kebocoran data justru membuat perusahaan keamanan informasi dan teknologi, bahkan lembaga keuangan, menjadi lebih waspada, di samping mempertimbangkan soal privasi data dan keunikan data.

“Itu jadi memacu perkembangan keamanan IT, lho,” beber Retno di acara peluncuran riset Accenture Technology Vision 2023 di Jakarta pada Kamis (13/7/2023).

Retno melanjutkan, adanya masalah kebocoran data justru membuat lembaga keuangan perlu mengevaluasi diri, baik itu dari segi keamanan, uji tuntas (due diligence), hingga kebijakan (policy).

“Kalau soal kebijakan itu memang mau tidak mau, yang akhirnya menjadikan sebuah perusahaan harus mengikutinya. Apalagi ada perlindungan data pribadi (PDP), berarti kan sudah mengatur tentang privasi data,” sambung Managing Director Applied Intelligence Accenture Indonesia, Budiono yang melanjutkan pernyataan Retno.

Budiono menyayangkan masalah kebocoran data di Indonesia sebagian besar terjadi karena faktor manusia (people), di samping soal teknologi dan kebijakan. Ia menjelaskan, faktor manusia adalah faktor yang membuat pengguna tidak sadar dan waspada terhadap identitasnya, baik itu paspor atau data sensitif lainnya. Misalnya berbagi user ID.

“Kalau secara teknologi, mungkin mereka kalau berbicara orang langsung tidak ada kontak atau segala macam, itu karena mungkin juga ada banyak firewall dan lainnya. Tetapi jika bicara faktor manusia, itu banyak banget yang kena,” jelas Budiono.