Foto: Ilustrasi Perkebunan Kelapa Sawit.

PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) mencatatkan laba bersih senilai Rp1,60 triliun di 2023.  Torehan itu turun 46,05% year-on-year (yoy) dibandingkan 2022 sebesar Rp2,98 triliun. Hal ini membuat laba per saham dasar TAPG melemah menjadi Rp81 per saham, dari semula Rp150 per saham.

Kondisi ini sejalan dengan penurunan pendapatan usaha 10,91% yoy menjadi Rp8,32 triliun, akibat penjualan produk kelapa sawit dan karet masing-masing di angak Rp8,30 triliun dan Rp23,29 miliar.

Mayoritas pembelian dari pelanggan eksisting TAPG tercatat berkurang, mulai dari PT Sinar Alam Permai, PT Kutai Refinery Nusantara, hingga PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk.

Saat penjualan turun, beban pokok justru membengkak 8,5% yoy akibat kenaikan ongkos produksi. Penyebabnya adalah kenaikan ongkos pemakaian bahan baku untuk produk kelapa sawit, sementara biaya produksi karet justru melandai.

Alhasil margin terpangkas, dengan laba kotor tersisa Rp2,21 triliun. Setelah dipotong beban penjualan yang ikut melonjak, laba sebelum pajak perseroan mencapai Rp1,94 triliun, demikian terungkap dalam laporan keuangan di keterbukaan informasi, dikutip Minggu (10/3/2024).

Dari sisi neraca, jumlah aset TAPG terkoreksi 4,53% yoy menjadi Rp13,86 triliun, seiring penurunan kewajiban pembayaran utang atau liabilitas 38,54% yoy menjadi Rp2,52 triliun.

Modal atau ekuitas tumbuh 8,90% yoy menjadi Rp11,33 triliun, sementara kas dan setara kas yang digenggam masih tersisa Rp1 triliun, alias turun 48% dari awal tahun akibat pengeluaran untuk aktivitas pendanaan, salah satunya pembayaran utang.