Foto: Ilustrasi.

 

StockReview.id – Australia memprediksi industri lithium akan sama pentingnya dengan batu bara termal dalam lima tahun ke depan. Hal tersebut dipicu transisi dari bahan bakar fosil ke energi bersih.

Proyeksi pemerintah yang dirilis pada Senin (3/4/2023) menunjukkan bahwa nilai ekspor bahan baku baterai tersebut akan mencapai nilai USD19 miliar pada 2028.Di sisi lain, nilai pengiriman batu bara untuk pembangkit listrik diprediksi akan turun sebesar 71 persen pada periode yang sama.

Dilansir dari Bloomberg, Australia diuntungkan guncangan global pada pasar komoditas menyusul hambatan pasokan akibat pandemi dan invasi Rusia ke Ukraina Ekspor sumber daya mineral akan mencapai USD464 miliar antara Juli 2022-Juni 2023. Nilai ekspor naik meskipun ada penurunan harga baru-baru ini.

Dalam jangka panjang, nilai ekspor sumber daya mineral diproyeksikan jatuh menjadi USD289 miliar pada 2027-2028. Kondisi tersebut mendekati level pada dekade lalu. Data tersebut menunjukkan pentingnya peran komoditas logam seperti lithium dan tembaga dalam upaya elektrifikasi global. Saat ini, sektor pertambangan dan energi menyumbang hampir 14 persen dari perekonomian Australia.

Australia merupakan penghasil lithium terbesar di dunia dan eksportit batu bara termal terbesar kedua. Meskipun harga lithium kemungkinannya kecil bisa setinggi tahun lalu, peningkatan produksi akan membuat lithium menyamai batu bara termal sebagai komoditas ekspor terbesar kelima negara tersebut. Di luar tembaga, lithum adalah satu-satunya dari 12 ekspor logam terbesar yang akan meningkat nilainya.