Foto: Ilustrasi.

StockReview.id – PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS), meraup laba bersih Rp1,2 triliun pada 2023. Angkanya flat dari performa laba tahun sebelumnya. Meskipun secara kumulatif, angka ini dinilai melebihi estimasi konsensus pasar, kendati secara tahunan sedikit mengalami koreksi.

Investment Analyst Stockbit, Arvin Lienardi, mengatakan DMAS berpeluang membagikan dividen sebesar Rp25 per saham, dengan asumsi dividen payout ratio (DPR) sebesar 100 persen. “DMAS sendiri telah membayarkan dividen interim sebesar Rp12 per saham pada Desember 2023, sehingga estimasi dividen final adalah Rp13 per saham,” kata Arvin dalam risetnya, Kamis (7/3/2024).

Adapun jumlah dividen final ini setara dengan yield dividen sebesar 8,2%, berdasarkan harga penutupan saham DMAS per Rabu (6/3) sebesar Rp159 per saham. Kinerja laba DMAS sepanjang 2023 ditopang olehh pendapatan sektor industri dari penjualan lahan kawasan Greenland International Industrial Center (GIIC).  Sektor industri masih menjadi tulang punggung pengembangan bisnis perseroan, dengan kontribusi sebesar Rp1,65 triliun atau sekitar 85,63% dari total pendapatan usaha.

Direktur dan Sekretaris Puradelta Lestari, Tondy Suwanto, menuturkan perseroan juga menyerap pendapatan dari segmen hunian sebesar Rp203 miliar atau 10,56% dari pendapatan usaha, dan segmen komersial sebesar Rp45 miliar atau 2,35% dari pendapatan usaha. Kemudian segmen rental, dan hotel masing-masing berkontribusi sebesar Rp14 miliar dan Rp13,9 miliar terhadap pendapatan usaha tahun 2023. “Dengan terus dilakukannya pengembangan fasilitas dan infrastruktur yang komprehensif, maka dapat menjadi daya tarik investasi bagi pelanggan industri berkelas dunia,” kata Tondy dalam keterangan.

Menatap 2024, DMAS membidik prapenjualan atau marketing sales senilai Rp1,81 triliun pada 2024. Ini didasari ertumbuhan ekonomi nasional dan situasi geopolitik dunia.

“Dibandingkan dengan hasil pencapaian prapenjualan tahun 2023, target Rp1,81 triliun tahun 2024 merupakan target konservatif yang moderat,” kata Tondy di Jakarta, Selasa (6/2).

Awal tahun 2024, terangnya, perseroan masih terdapat permintaan lahan yang cukup besar. Saat ini masih terdapat 90 hektar permintaan lahan dalam pipeline yang menjadi salah satu pertimbangan perseroan dalam menentukan target prapenjualan 2024.